Friendship | Writing | Reading | Learning | Joking | Smiling | Laughing | Comfortable
Tentang Kami
Foto saya
Grup Cafe Rusuh merupakan suatu ruang lingkup tempat di mana para anggotanya bisa berbagi tentang segala hal. Kata "Rusuh" sendiri merupakan kependekan dari "Ruang suasana hati". Sebagai sebuah grup, Cafe Rusuh menjadi sebuah jembatan di mana persahabatan, kekeluargaan dan silaturahmi antara sesama anggotanya tetap terjaga. Selain itu, Cafe Rusuh juga memberikan kebebasan kepada para anggotanya untuk berbagi tentang segala hal seperti puisi, cerita, esai, tips-tips dan info-info yang bermanfaat bagi para anggotanya.

Sabtu, 24 September 2011

BeCeKS CR1 : My First Sight's Love

by Lily Zhang


"Temui aku di Cafe Rusuh yang terdapat di kota tua jam 5 sore ini, ingat jangan telat barang sedetikpun. Jangan juga datang sebelum jam 5 sore. Harus tepat jam 5 sore.

Jangan bawa teman atau siapapun, bila tidak. Aku tidak akan menanggung akibatnya nanti.

Satu lagi, kau tidak boleh membocorkan pada satu orangpun tentang pertemuan kita.

Segalanya bergantung pada putusan akhir darimu. Baik buruknya, kau yang tentukan."

Aku melihat isi ВВМ yang baru kuterima lima menit yang lalu dengan bingung.  Apa yang terjadi? Brengsek! Di mana letaknya Cafe Rusuh itu?

===

Maaf, siapa yah? Namamu tidak dapat kukenali. Balasku mengharapkan jawaban yang tidak kunjung datang.

Bulu romaku berdiri, hatiku gelisah. Siapakah gerangan yang mengundangku dengan beserta ancaman ini? Benakku berusaha mengkaji siapa yang dapat berbuat hal seiseng bahkan tidak masuk akal ini.

Apa mungkin Verdy? Lelaki bertubuh kurus ceking yang sering kali mengerjaiku di kampus dulu? Tapi kami sudah lebih dari setahun lalu tidak berhubungan.

Ataukah Santy? Perempuan terusil yang pernah kutemui, sahabatku yang manis dan banyak digemari oleh para kaum adam?

Jangan bilang Rasta, cowok pendiam yang doyan banget dengan yang namanya penyiksaan terhadap binatang. Dan Oh My God! Aku pernah sekali memergokinya memutilasi cicak di sudut kampus tepat berada di gudang  yang telah lama tidak digunakan. No no no, tidak. Jangan bilang dia apalagi sekarang aku harus bertemu dengannya setiap menghabiskan waktu di kantor. Yah, dia bekerja di kantor yang sama denganku.
Aku menghela nafas berat dan terbaring lesu.

===

BeCeKS-CR 1 : Ancaman Masa Lalu

by Rere Nanda Az Zahra


”Semuanya Rp. 35.500,- mas.” ucapku pada seorang pembeli di mini market, tempat dimana aku bekerja.
 Aku membantunya memasukan barang belanjaannya ke dalam kantong plastik yang cukup besar. Pemuda itu menyerahkan selembar uang kertas Rp. 50.000,- dan aku dengan teliti mengembalikan sisa uang beserta notanya. Ia tersenyum dan mengucapkan terima kasih, lalu keluar dari mini market.
 Dan tiba-tiba ponselku berdering dari saku rok hitamku. Nada deringnya menandakan ada pesan yang masuk. Dan kulihat nama Kizzy tertera di layarnya.
 ”Temui aku di Cafe Rusuh yang terdapat di kota tua jam 5 sore ini, ingat jangan telat barang sedetikpun. Jangan juga datang sebelum jam 5 sore. Harus tepat jam 5 sore.
 ”Jangan bawa teman atau siapapun. Bila tidak, aku tidak akan menanggung akibatnya nanti.
 ”Satu lagi, kau tidak boleh membocorkan pada satu orangpun tentang pertemuan kita.
 ”Segalanya bergantung pada putusan akhir darimu. Baik buruknya, kau yang tentukan.”
 Aku melihat isi BBM yang baru ku terima lima menit yang lalu dengan bingung. Apa yang terjadi? Brengsek! Dimana letaknya Cafe Rusuh itu?
 Aku menghempaskan tubuhku, bersandar pada kursi, menghembuskan nafas yang cukup berat. Lelah. Kulirik jam tanganku, jarum pendeknya menunjuk ke angka 3, sedangkan yang lebih panjang terhimpit diantara 8 dan 9.
 Apa lagi yang ia inginkan dariku? Batinku memelas. Sungguh lelah harus berurusan dengannya lagi. Jari-jariku mulai mengetik untuk membalas pesan dari Kizzy, berusaha menyusun kalimat yang pantas untuk membalasnya. Setelah beberapa kali ku hapus kalimat yang ku ketik, akhirnya aku memutuskan untuk mengetik 'oke' saja, dan ku tekan tombol send.
 Beruntung sekali hari ini aku shift pagi, jadi jam 4 aku bisa langsung pergi ke kota tua. Paling tidak masih ada waktu satu jam untuk mencari dimana Cafe Rusuh itu. Aku ingat, aku pernah ke kota tua bersama Kizzy sebulan yang lalu mengendarai motor matic-nya, dan itu hanya memerlukan waktu sekitar setengah jam. Maka aku putuskan untuk naik taxi, agar lebih cepat.
 ***

BeCeKS-CR 1 : MY BUSFRIEND WAY


by Lina Rosliana

“Kosong, Mbak?” sapa seseorang ketika aku tengah menyiapkan uang untuk tiket bus. Aku menengadah. Seorang gadis dengan rambut shagi mengangguk dan tersenyum ramah padaku. Usianya mungkin hampir sama denganku. Kelihatannya teman perjalanan yang ramah, pikirku. Aku pun menjawab dengan sebuah anggukan.
“Iya kosong. Silakan...”
“Bandungnya dimana Mbak?” tanya gadis itu setelah duduk di sampingku. Aku tidak segera menjawab.
“Apa aku terlihat seperti jelmaan werewolf?” tanyanya lagi sambil membelalakan mata dan memamerkan cakar tangannya. Aku tergelak, begitu juga dia.
“Nah, begitu kan lebih baik...” katanya, membuatku malu pada diri sendiri karena pikiran burukku. Kota Metropolitan mengajarkan padaku untuk selalu waspada terhadap orang baru.
Apa salahnya mengatakannya terus terang. Toh ia tidak terlihat seperti serigala seperti apa katanya. “Aku mau ke Ciparay,” jawabku akhirnya.
Alis gadis itu bertaut. Baru kusadari, alangkah rimbunnya timbunan bulu di atas matanya itu. Pasangan yang serasi dengan mata yang bulat penuh.
“Wah jauh juga ya!” serunya kaget.
Tiba-tiba ia menyodorkan tangannya. “Kita belum kenalan. Aku Megan.”
Ups! Aku pun baru menyadarinya lalu menyambut uluran tangannya.
“Shasa,” jawabku. “Kamu sendiri, mau kemana?”
Megan mengedikan bahu. “Aku belum tahu, mau ke Ciumbuleuit dulu atau langsung ke Lembang.”
Aku mengerutkan dahi. “Lho, koq?”
“Aku disuruh Mama nengok rumah di Ciumbuleuit. Udah lama gak ditengok. Kalo ke sana dulu males gak ada temen. Tapi kalo udah di Lembang, males turun lagi.” Wajah Megan berubah murung membuatku iba dan ingin menghiburnya.

Rabu, 21 September 2011

BeCeKS-CR1 : A Secret To Reveal

by Liz Levin



Temui aku di Cafe Rusuh yang terdapat di kota tua jam 5 sore ini,
ingat jangan telat barang sedetikpun. Jangan juga datang sebelum jam 5 sore.
Harus tepat jam 5 sore. 
Jangan bawa teman atau siapapun, bila tidak, aku tidak akan menanggung akibatnya
nanti. 
Satu lagi, kau tidak boleh membocorkan pada satu orangpun tentang pertemuan kita. 
Segalanya bergantung pada putusan akhir darimu. Baik buruknya, kau yang tentukan.

Aku melihat isi ВВМ yang baru kuterima lima menit yang lalu dengan bingung. Apa yang terjadi? Brengsek! Di mana letaknya Cafe Rusuh itu? Bahasa mana ‘RUSUH’ itu? Itu bukan bahasa Jerman. Apakah dia memberikanku semacam kode? Tampaknya dia ingin cari aman, dia pikir aku akan lapor polisi, dan polisi akan melacak keberadaannya.

Penny Markt, Salzburg, Salzburg, Austria

Daripada aku bingung, sesampainya di mini market, aku membalas BBM yang kuterima ketika aku di perjalanan tadi.

Di mana tepatnya Cafe Rusuh itu?

Dia langsung menjawab.

Radisson Blu. Cari saja di sekitarnya.

Kuletakkan Blackberry 8700v-ku ke dalam tas. Aku berpikir keras. Apa yang harus kulakukan?! Seharusnya aku menghubungi polisi. Tapi tidak, akibatnya pasti fatal jika aku membawa polisi. BBM itu membuatku tidak bisa berkonsentrasi melayani pelanggan yang berbelanja di mini market ini.

Sejak pagi tadi, BBM-BBM itu membuatku kacau. Beberapa kali aku salah menghitung harga barang dan menyebabkan pembeli komplain. Sejam lagi aku selesai bekerja, dan harus bergegas menuju Altstadt.
*-*-*-*

BeCeKS-CR1 : Cinta Pria

by Vindy Putri



BB-ku berbunyi dan seketika ada messenge masuk. Enam digit PIN yang tak lama menjadi list di BBMku memberi sebuah pesan:
“Temui aku di Cafe Rusuh yang terdapat di kota tua jam 5 sore ini, ingat jangan telat barang sedetik pun. Jangan juga datang sebelum jam 5 sore. Harus tepat jam 5 sore.  Jangan bawa teman atau siapa pun, bila tidak. Aku tidak akan menanggung akibatnya nanti.  Satu lagi, kau tidak boleh membocorkan pada satu orangpun tentang pertemuan kita.  Segalanya bergantung pada putusan akhir darimu. Baik buruknya, kau yang tentukan.”
 Aku melihat isi BBM yang baru kuterima lima menit yang lalu dengan bingung.  Apa yang terjadi? Brengsek! Di mana letaknya Cafe Rusuh itu?
***

BeCeKS-CR1 : Lamaran

by Amy Tan

"Temui aku di Cafe Rusuh yang terdapat di kota tua jam 5 sore ini, ingat jangan telat barang sedetikpun. Jangan juga datang sebelum jam 5 sore. Harus tepat jam 5 sore.
 Jangan bawa teman atau siapapun, bila tidak. Aku tidak akan menanggung akibatnya nanti.
 Satu lagi, kau tidak boleh membocorkan pada satu orangpun tentang pertemuan kita.
 Segalanya bergantung pada putusan akhir darimu. Baik buruknya, kau yang tentukan."
       Aku melihat isi ВВМ yang baru kuterima lima menit yang lalu dengan bingung.  Apa yang terjadi? Brengsek! Di mana letaknya Cafe Rusuh itu?whuah udah jam 4.30 sore,tinggal setengah jam lagi,guman Shasa.
       Shasa yang bekerja sebagai kasir di sebuah mini market itu terlihat resah lantaran ia tahu bahwa ia bakalan tak diijinkan pulang awal mengingat lebaran tinggal 2 hari lagi.Banyak pembeli yg akan datang dan itu bertanda bahwa ia harus lembur sampai jam 7.30 malam.Dibacanya lagi isi BBM yang dikirim Kizzy,temannya.Lalu ia pun membalas balik dan mengetik sebuah pesan:
      "gak bisa jam 5 an,soalnya hari ini aku lembur ampe jam 7.30 malam,kalo boleh jam 8 malam,boleh gak?kalo gak bisa ya udah satu kata dari gue,sorry!"
       Sedang di lain tempat Kizzy hanya mendesah panjang.Diambilnya sebatang rokok dari saku bajunya,lalu dihisapnya rokok yang sudah dinyalakan olehnya.Kizzy berpikir sejenak sebelum ia mulai mengetik sebuah pesan balik buat Shasa,gadis yang ceria dan tidak bisa diam yang telah mencuri hatinya.
     "Ok deh aku tunggu jam 8 malam,tempatnya tetap sama Cafe Rusuh".
     Setelah pesan terkirim selang semenit hp kizzy pun koit."Brengsek! nih hp batere abis pula,mana lupa bawa chargernya lagi",gumannya."Ngopi dulu aja di warungnya mpok Jamu,lagian waktu masih panjang",katanya seraya menaiki motor maticnya yang masih kreditan itu.
     Di mini market,Shasa mengetik sebuah pesan buat Kizzy untuk menanyakan letak Cafe Rusuh,namun sudah lewat satu jam tak juga mendapat balasan.Mau tak mau Shasa menelepon Kizzy,namun tetap juga hasilnya nihil,tak ada jawaban.
     Shasa kesal banget,namun rasa ingin tahunya yang sangat besar mengalahkan kekesalannya.Terpikir olehnya buat bertanya kepada temannya Ghozyta teman akrabnya yang selalu tahu apa saja bila ditanya kek mbah google.Shasa lalu menelpon Ghozyta.

BeCeKS-CR1 : Hello Stranger

by Sinyo Manteman


"Temui aku di Cafe Rusuh yang terdapat di kota tua jam 5 sore ini, ingat jangan telat barang sedetikpun. Jangan juga datang sebelum jam 5 sore. Harus tepat jam 5 sore.

Jangan bawa teman atau siapapun, bila tidak. Aku tidak akan menanggung akibatnya nanti.

Satu lagi, kau tidak boleh membocorkan pada satu orangpun tentang pertemuan kita.


Segalanya bergantung pada putusan akhir darimu. Baik buruknya, kau yang tentukan."

Aku melihat isi ВВМ yang baru kuterima lima menit yang lalu dengan bingung. Apa yang terjadi? Brengsek! Di mana letaknya Cafe Rusuh itu?
Aku melirik arloji, 3.10 pm. Gawat! Aku harus bergegas ke Kota Tua sebab aku masih harus mencari di mana letak Cafe Rusuh itu. Kutinggalkan begitu saja pekerjaanku di meja.

"Woi..! Kemana lo?" tanya Beni, teman sekantorku. Tapi tak kugubris.

*****

Minggu, 18 September 2011

Poetry Battle Cafe Rusuh : Musim Basah

Sinyo Manteman

sudah tiba rupanya
rerintik yang menumpang awan dari terminal langit utara
mereka jatuh di atap
di beranda
di tanah
di pucukpucuk rerumput

nadanya tunggal
tik tik tik tik tik
tanpa tak
tanpa tuk
tanpa tek
tanpa tok
cuma tik tik tik tik tik

aku suka menari sendiri
jingkat kakiku ikuti ketukannya
satusatu
sesekali menengadah
biar rerintiknya jatuh juga di wajahku
dan aku terpejam
merasakan basahnya

sekali waktu aku hanya berdiri di balik jendela
nadanya masih sama
tik tik tik tik tik

di tepi jendela mereka singgah
mengetuk kaca jendela pelanpelan
seperti denting piano yang tak pernah berubah
ketukannya masih tetap satusatu

dari terminal langit utara mereka datang
mengetuk kaca jendelaku
mengajakku berjingkat

Batavia, 180911



Fannie Faiga 

subuh kemarin
9 potong baju menyatu dengan detergent
siang kemarin
hujan melebat,
balkon asramaku sudah basah basah basah

dan cucianku basah semuaaaaaa

huhuhuhuhuhu :(( pagi ini air mataku pun mengalir basah basah dan basah lagiii, karena aku harus mencuci lagi :((



Arel Bae

Setelah menanti, akhirnya kau kembali
kembali memberi rerintik setelah berharihari hanya terik
menyambung juta waktu yg berlalu bersama keluhan campur harapan
"Langit, mendunglah....
Basahlah"....
...



Riu-kun Xentra 

Dadaku meletupletup menunggu
Dirimu
Meski titik-titik air
Menghujani tubuhku
Meski udara dingin
Membalutku

Kemana dirimu pergi?
Kenapa tak hinggapi aku yang masih menyendiri?



'rea' Harbowoputra

Aku suka air
Air dari langit
Langit yang kelabu

Kelabu itu gelap
Gelap, kata Mama
Mama bilang begitu

Begitu air turun
Turun hujan jadinya
Jadinya senang Aku



Karina Riesling de Silva 

Byur byur byur
Tes tes tes

Payungku menadah
tangis langit yang mengguyur
tubuhmu
Semoga juga bisa menadah
tangismu yang menetes
dari matamu



Sinta Latuhari 

Aku
Butuh
Basah!
Sialnya, tak setetes pun air menitik dari awan



Catz Link Tristan 

Di aspal panas corak mulai terbentuk
Dari titik kecil jadilah penuh
Mobil masih melaju pada jalan yang kau ketuk
Kaca berdebu mereka pun kau basuh

Anak-anak berteriak riuh
Menengadah peluk kalian dalam tawa cerah
Orang tua menghardik marah
Hindari kalian, kembangkan payung dan tarik bocah

Lupalah orang tua pada ceria kala mereka menari bersamamu
Bersenda gurau walau badan telah basah kuyup
Pantaslah kalian malas datang bertamu
Juga alasan kenapa hubungan kita jadi tertutup



Utami Panca Dewi 

Garis-garis arsir turun dari langit
semua bersijingkat mencari tempat berteduh
lelaki kecil bergerak di tengah arena
bak penari...
setumpuk koran sebagai property
disambanginya satu persatu
pintu APV, Soluna dan Honda Jazz
berharap ada yang laku
meskipun satu
garis arsir semakin tebal
lampu yang merah menjadi hijau
lelaki kecil tetap menari
meski
decit roda mobil yang mencumbu aspal...
telah menghantar seliter genangan air
tepat pada setumpuk koran dalam dekapannya.



Amy Tan 

Jatuh satu-satu di atas telaga
Benturannya mencipta riak
Telaga tempatmu bersinggah
Kulihat kuntum sakura di setiap jatuhnya
Ah!..aku terlena oleh rinaimu
Musim basah selalu membawamu padaku

Bias sakura di telaga
Suatu senja di September



Cahya Furi Purnama 

Lalu,
Tarian hujan pun terhenti
Sirna seiring sembab yang tercipta dari ujung mata
Terhilang, kuasa sang jemari takdir

Aku termangu,
Tergagap jejak ruap rintih tanah basah
Dari balik rona yang terseka
Berbisik kata tercipta sesisa sunyi

Patahan silam bukan sesal kupertanyakan
namun engkau tak hanya sebuah ingatan taman hati
Bahagiamu, adalah kata terindah untukku meski gerimis masih bersamaku.



Dina Taz Mardiana 

air berkelabu dengan alam, berbisik menyiangi sang waktu.dari rerupa rintik sampai menggulung bersatu dengan lumpur, bercanda dengan tanah yang menangis karena serakah.

kubawa sampah menggenangi hatimu dalam resah, nanar kulihat alirannya melahap penuh kemenangan, bersinergi dengan pupusnya harapan.

engkau,
satu musim yang kunanti rerintiknya
bukan bencananya





Alfian N. Budiarto 

september rain,
saat kau dan aku bersama
dalam dingin gerimis yang tercipta
ditemani secangkir kopi panas di berandamu
gemericik hujan mengisi kekosongan kita
sesaat setelah kau ucapkan cinta

september rain,
aku masih terpaku di tepian jendela
menatap burung kebasahan
berselimut daun-daun cemara
mengingat adegan kita berpayung di taman kota
tetap basah terguyur hujan

september rain,
musim tetap bersenandung basah
dan aku tetap berpayung
bukan di berandamu
atau di taman kota
aku berpayung di pemakamanmu
masih di bulan september

18.09.2011



Agus Suprianto

musim kering yang basah
hujan dari bukit bebatuan tanah melukis tawa kita
lalu mengalir bersama kumpulan rerintik
yang lebih dulu menemukan jati diri

pada dua belas jam setengah basah itu
kita berjalan dalam kuyup, setelahnya

Jumat, 02 September 2011

50 kata September Wish : Virus

by Liz Levin

Enyahlah virus. Keberadaanmu hanyalah mengotori semesta, yang bahkan lebih rendah dari mikroorganisme penghuni rantai makanan terbawah. Kuharap kau membusuk jauh di dalam inti sel mu. Maka kau takkan bisa menebarkan kibasan angin keburukan dan merajalelakan racunmu ke tiap kanal-kanal yang rapuh. Dan hancurlah kau ke dalam dimensi keterasingan dan keterpurukan.

Rabu, 31 Agustus 2011

50 kata September Wish : Sukma Jiwa

by Dina Taz Mardiana
Haru dalam rindu, dinginnya malam ini terus menusuk, riuh pelukanmu selalu meninggalkan kehangatan dan tatapan resah hadir dalam desah nafasku. Ada harap tersisa dalam rona jingga, duabelas bulan dalam kata.
Nanti, akan samakah seperti malam ini, ingin kuhadirkan sorot mata tersisa biar kugenapi tirah ragumu dalam sukma, untukmu belahan jiwa.

50 kata September Wish : Lepaskanlah!

by Amy Tan
Ada yang tertinggal di telaga hatiku setelah semuanya berlalu,gejolak rasa itu mencekam jiwa.
Biarlah waktu kan menghapusnya.
Di antara harapan yang pupus dan cinta yang bergelora ini,rindu tentangmu menyekap setiap detak pada nadiku.

Walau tanpa kerelaan aku hanyutkan bayangmu di lautan hatiku.
Dan bila hadirku adalah resahmu
Lepaskanlah!

50 kata September Wish : Tentangmu

by Sinyo Manteman
Aku yakin bahwa setiap permohonan suatu saat pasti akan terwujud. Para malaikat akan membawanya ke langit ketika kita mengucapkannya dalam hati dengan tulus.

Kau tahu, aku selalu memohon agar Tuhan memberimu segala kebaikan supaya aku dapat tetap melihatmu tersenyum. Seperti halnya malam ini, aku bisikan dalam hati; Tuhan, jaga dia.

Jumat, 26 Agustus 2011

APCR : Rona Malam Braga

by Dina Taz Mardiana


langit merah merona jingga
kutelusuri setapak kota tua
tergoda kuhampiri kedai per house
ingin kusesap aroma cafein di senja yang mulai menggigil

malampun mulai beranjak, semilir angin kian menusuk kulit
kakiku terus melangkah, gerimispun  ruah, rerintiknya  jatuh tergenang ditanganku yang luluh
di tepi  trotoar ini aku  bertepi , bersandar pada dinding yang catnya  mulai pucat.
kusapu jalananan  dengan lirikan, di tepi sebuah gedung lukisanlukisan seni dijajakan
mungkin suatu pengabadian kenangan atau harap untuk sedikit tambahan

: dulu
disetapak trotoar ini, segolongan elit kolonial berkeliaran
bercumbu rayu dengan prestice
menghamburkan uang untuk de vries
atau butik au bon marche yang menjual fashion impor dari Paris

: Braga malam ini
Bagai simfoni lagu sunyi, bersenandung sepi
Rerindumu selalu kupeluk erat
Denyut  megah gedung tua yang kian menelisik
kian muram dengan sorotan lentera lampu jalanan
dirimu saksi bisu sejarah dalam memoar
permata kota Paris Van Java  yang mulai pudar


Note :
Coffe perhouse : rumah pelelangan kopi yang dibuat oleh Belanda yang kini jadi balai kota Bandung
De Vries : toko klontong yang selalu dikunjungi petani priangan kaya raya keturunan belanda atau orang kolonial Belanda
Butik au bon marche : salahsatu butik elit yang menjual pakaian impor dari paris dan merupakan tempat fashionnya  sinyo dan none Belanda yang merupakan asalnya kenapa Bandung dijuluki Paris Van Java

APCR : Dewata Menelan Jasadmu

by Nyi Penengah Dewanti


Pijak langkah membagi kecupan
Sedulang kasih memugar kenangan
Di antara rumpun dedaunan
Hati berdenyut secebis senyuman

Pulau dewata memeluk sahdu
Segumpal ari-ariku tertanam
Dayung rindu
Mengucap salam

Birunya langit jatuh dibirunya lautmu
Ombak-ombak harapan berlarian
Bergelayut memerciki batu karang
Jasadmu terbujur kaku

Pulau seribu pura
Menelan raga
Membunuh mimpi
Menjinjing sepi


Rimbun pesona
Alam beri pertanda
Sampai jumpa
Matahari senja

APCR : Bisikan Pasir Bromo

by Endang Ssn


Memoar jejak langit masih terbaca
Menyerpih dalam tetes mimpi yang mengangkasa
Perlahan terjuntai
Lalu rebah dalam padang hati

Di penghujung senja, Bromo selayak siluet indah
Tapak-tapak langkah mensejarah
Menilas para pejuang mimpi
Saat satu persatu merayap pasti

Bukan aksara
Tak juga termaktub kata
Tapi bukan kalimat biasa
Saat hampar pasir putih menggeliat goda

Mata terpana akan pesona
Menelisik sisa rasa yang masih ada
Tegak bersama bangun asa
Butiran halus pasir mendekap luar biasa

Desir pasir menjamah jemari
Halus belai sang empunya hati
Mencumbu telaga bening yang menari
Menyibak segenap misteri

Tertunduk sebentuk raga
Saat cintaNya menyapa mesra
Diantara lautan pasir
IndahNya terukir

Hai Jiwa
Mengapa mesti resah saja
Bukankah alam masih berbahasa
Sekeping makna semestinya kau eja

Bisikan pasir luruh dalam rasa
Bersama peluk megah Bromo
Sebuah catatan yang tak lekang
Meski zaman menghilang

APCR : Merindu, Indonesiaku

by Hazztami CiNtya LutHfi

Bambu - bambu yang menghunus
mengisahkan lembaran cerita Kemerdekaan
Memoles keelokan garuda yang mencengkeram Bhineka
Sobekan hati para pahlawan yang telah terjahit rapi
dalam merah putih

Mari turunkan angkuhmu
untuk mengangkat tanganmu dalam hormat
Indonesiaku yang kini mulai lelah
tersapu derita penuh goda
Aku sadar...
Aku tahu...
Aku dan mereka masih terpasung dalam kebodohan
yang menggerogoti obor semangat

Berikanlah seluruh isi rusukmu untuk tanah air
Hapus debu dan peluh dari Indonesiaku
Mari gertak para penjajah budaya
Satukan janji serta bukti...
Tuk menjaga sepenuhnya anugerah dalam
induk negeri
Agar merasakan sejuknya hadir dan merindu
Indonesiaku...

APCR : Sepucuk Surat Untuk Sang Ibu

by Kawako Tami


Salam Ibu,
Bumi yang menjadi rahim 200 juta dari kami.. 

Bu..
Apakah dera bagi anak yang durhaka?
Mencuri dari belanga ibunya..
Menjarah pusaka rumahnya..
Menandas hingga perut ibunya..

Tidak kami tahu, Bu, batas dosa kaki dan tangan ini
Tidak kami kira, Bu, hingga tersengal napasmu
dan jerit anak cucu kami.. 
Kami tak berhenti.. 

Bu.. 
Apakah dera bagi saudara,
yang menari di atas bangkai saudaranya?
Merebut pelangi masa kecil anak mereka
Merampas kehormatan istri-istri mereka
Menutup keran kehidupan mereka

Tidak kami rasa, Bu, keputusasaan mereka
Tidak kami dengar, Bu, hingga satu demi satu bertinggal nama
dan berlagu tawa di atas nisan mereka
Kami tak peduli

Ah.. Ibu..
Jangan kutuk kami jadi batu!

Meski kami putra putrimu
hanya malin-malin dalam rupa baru
Meminum darah dan air matamu
Bersantap bangkai putra-putrimu

Bu, jangan lempar sumpah serapahmu!
Karena kutulis surat ini, Bu..
Jikalau ada sekeping maafmu..
Jikalau waktu mau menunggu.. sadarku..


                                     Dengan cinta yang terkubur dan tak lagi terlihat
                                                                      ttd
                                     Kami anak-anakmu, maling dalam rumahmu

APCR : JANGAN MENANGIS LAGI PERTIWIKU

by Ammy Cheery-Ozon


Rintihan Pertiwi kian menyayat hati
dentuman sirine lara menjadi penghias telinga
entah itu karena bencana
entah itu karena diam
atas sebuah frase ”Merdeka dalam kepura-puraan”
           
Tubuhku selalu berputar
            sembari mulutku bergumam ”Andainya Pertiwiku bisa”
            bisa menjadi pijakan untuk insan kuat
            bisa menjadi tumpuan untuk insan yang lemah
            namun, tatkala imajiku bergerak keluar dari sebuah fatamorgana
            aku bungkam
            bungkam atas berbagai ketidakadilan
            bungkam atas berbagai ketidakberpihakan
            oh aku salah...ternyata ada keberpihakan
            tapi ternyata hanya untuk insan kuat

Aku tahu, Pertiwiku menangis
menjatuhkan bulir airmata di pipi kiri dan kanannya
aku berbisik ”Jangan Menangis Lagi Pertiwiku”
dibalik ketidakadilan yang kamu lihat
dibalik ketidakberpihakan yang kamu dengar
ada insan lemah namun kuat
kuat bertahan atas penindasan
bukan hanya diam tak bergeming
           
Layaknya dua sisi mata uang
Ada kiri, ada kanan
            ada penjilat, ada pemberontak
            pemberontak atas kemunafikan
            pemberontak atas keonaran terselubung
            pemberontak atas kebiadaban
            pemberontak ini akan selalu menyeka air mata Pertiwiku
            jadi, jangan menangis lagi Pertiwiku