Friendship | Writing | Reading | Learning | Joking | Smiling | Laughing | Comfortable
Tentang Kami
Foto saya
Grup Cafe Rusuh merupakan suatu ruang lingkup tempat di mana para anggotanya bisa berbagi tentang segala hal. Kata "Rusuh" sendiri merupakan kependekan dari "Ruang suasana hati". Sebagai sebuah grup, Cafe Rusuh menjadi sebuah jembatan di mana persahabatan, kekeluargaan dan silaturahmi antara sesama anggotanya tetap terjaga. Selain itu, Cafe Rusuh juga memberikan kebebasan kepada para anggotanya untuk berbagi tentang segala hal seperti puisi, cerita, esai, tips-tips dan info-info yang bermanfaat bagi para anggotanya.

Minggu, 29 Mei 2011

UPIL (Urusan rumPi ILmu) Puisi dengan Gayamu Season IV: Bentuk-bentuk Puisi

Hola preeens... hehehhe ketemu lagi kita... Udah pada bosen yak tiap minggu malem ketemu om Sinyo Manteman... Tenang aja, sesi terakhir kok ini...
So malem ini kita mau ngulik tentang bentuk-bentuk puisi nih. Sebenarnay ada banyak bentuk-bentuk puisi dan kalo ditulis semua butuh bertumpuk-tumpuk catatan soalnya bentuk-bentuk puisi terus berkembang dari waktu ke waktu. Kali ini saia mau sharing beberapa bentuk-bentuk puisi secara umumnya aja yak, biar ga terlalu membingungkan. Yok ngulik... :)


Berikut adalah beberapa bentuk puisi dan contohnya, simak yeee...

1. Puisi terbuka
Bentuk puisi bebas, yang tidak terkait dengan elemen-elemen puisi - seperti rima, panjang baris, dan bentuk-bentuk yang ada – secara teratur dan konsisten

Contoh:
pejamkan matamu,,
bersama heningnya malam
petiklah bunga mimpi
dengan jemari kelembutan


2. Puisi tertutup
Bentuk puisi yang "patuh" pada struktur dan pola puisi yang sudah ada

Contoh:
Kaki-kaki hujan yang runcing
menyentuhkan ujungnya di bumi,
Kaki-kaki cinta yang tegas
bagai logam berat gemerlapan
menempuh ke muka
dan tak kan kunjung diundurkan


3. Stanza
Unit dari sebuah puisi yang kadang diulang pada bentuk puisi yang sama di seluruh tubuh puisi. Juga merupakan unit dari baris puitika ("paragraf syair")

Contoh:
mungkin ingin kau tulis,
tentang rentang waktu

dimana aku dan dirimu, berpagut satu

mungkin ingin kau tulis,
gelisah waktu menunggu

dimana aku dan dirimu, menyeru rindu


4. Syair kosong
syair yang tidak mempunyai rima ataupun anak rima

Contoh:
Setiap hari ia lewat merengkuh tanganku
memberikan sesal dalam hatiku
kemudian, berlalu.


5. Syair bebas
baris yang tidak mempunyai pola atau struktur tertentu

Contoh:
Aku datangi
Aku tak mengerti
Dari mana
Siapa
Aku
Melainkan yang dikatakan orang-orang
pada diriku, pada jenisku
Aku datangi jin dan manusia
Lalu tak kutemui siapa pun
Lantas kuatangi diriku.


6. Soneta
Puisi 14 baris dalam pentameter berima dengan skema rima yang sudah ditentukan, biasanya secara tradisional hal yang menjadi subyek adalah cinta. Oktaf pertama soneta umumnya menampilkan buah pikiran atau gambaran atau emosi, sedangkan sestet bagian akhir adalah penjelasan, komentar, atau kesimpulan

Contoh:
Perasaan siapa ta ‘kan nyala ( a )
Melihat anak berelagu dendang ( b )
Seorang saja di tengah padang ( b )
Tiada berbaju buka kepala ( a )
Beginilah nasib anak gembala ( a )
Berteduh di bawah kayu nan rindang ( b )
Semenjak pagi meninggalkan kandang ( b )
Pulang ke rumah di senja kala ( a )
Jauh sedikit sesayup sampai ( a )
Terdengar olehku bunyi serunai ( a )
Melagukan alam nan molek permai ( a )
Wahai gembala di segara hijau ( c )
Mendengarkan puputmu menurutkan kerbau ( c )
Maulah aku menurutkan dikau ( c )
(Muhammad Yamin)


7. Gurindam
Sajak dua baris yang mengandung petuah atau nasihat.

Contoh:
Baik-baik memilih kawan
Salah-salah bisa jadi lawan


8. Karmina
Pantun dua seuntai (pantun kilat) baris pertama sebagai sampiran dan baris kedua sebagai isi berupa sindiran dengan rumus rima a-a

Contoh:
Kayu Lurus dalam ladang
Kerbau kurus banyak tulang


9. Talibun
Bentuk puisi lama dalam kesusastraan Indonesia (Melayu) ini biasanya jumlah barisnya lebih dari empat (sampai 16-20), serta punya persamaan bunyi pada akhir baris (ada juga yang seperti pantun dengan jumlah baris genap seperti 6, 8, 12). Talibun sendiri adalah sejenis puisi lama seperti pantun karena mempunyai sampiran dan isi, tetapi lebih dari 4 baris ( mulai dari 6 baris hingga 20 baris). Berirama abc-abc, abcd-abcd, abcde-abcde, dstnya. Ciri-ciri Talibun adalah seperti berikut:
•    Ia merupakan sejenis puisi bebas
•    Terdapat beberapa baris dalam rangkap untuk menjelaskan pemerian
•    Isinya berdasarkan sesuatu perkara diceritakan secara terperinci
•    Tiada pembayang. Setiap rangkap dapat menjelaskan satu keseluruhan cerita
•    Menggunakan puisi lain (pantun/syair) dalam pembentukannya
•    Gaya bahasa yang luas dan lumrah (memberi penekanan kepada bahasa yang berirama seperti pengulangan dll)
•    Berfungsi untuk menjelaskan sesuatu perkara
•    Merupakan bahan penting dalam pengkaryaan cerita penglipur lara

Contoh:
Tengah malam sudah terlampau
Dinihari belum lagi nampak
Budak-budak dua kali jaga
Orang muda pulang bertandang
Orang tua berkalih tidur
Embun jantan rintik-rintik
Berbunyi kuang jauh ke tengah
Sering lanting riang di rimba
Melenguh lembu di padang
Sambut menguak kerbau di kandang
Berkokok mendung, Merak mengigal
Fajar sidik menyinsing naik
Kicak-kicau bunyi Murai
Taktibau melambung tinggi
Berkuku balam dihujung bendul
Terdengar puyuh panjang bunyi
Puntung sejengkal tinggal sejari
Itulah alamat hari nak siang


Nah itu tadi di atas beberapa bentuk puisi dan contohnya preens. Jadi kalo pas kita nulis puisi, silahkan dicocokkan, bentuk puisi mana yang sesuai dengan puisi yang kita tulis. Lepas dari bentuk-bentuk di atas dan seperti apa yang pernah saia katakan, menulislah dengan imajinasi sesuka kalian karena puisi itu adalah apa yang ada di pikiran kita dan kita rasakan. Intinya, sah-sah aja kita nulis puisi sesuka kita...

Oke, berhubung ini sesi terakhir, maap-maap kalo ade sale-sale kate atawe tulisan yee. Bukannye maksut ane sok pinter, ane juga ga tau ape-ape kok, tapi ane cuman pengen berbagi ame kalian semue. Lagipula, ape yang ane bagi juga ane dapet dari mbah gugel dan paman wiki. Jadi, itu die materi yang ngaco tentang puisi dengan gayamu dari om Sinyo hehehhee...
Kalo ade pertanyaan, silahkan lho. Ane coba jawab sebisa ane... :))

UPIL (Urusan rumPi ILmu) Puisi dengan Gayamu Season III: Unsur Dalam Puisi dan Majas

Hola halo prens.. Hehehe.. Ketemu lagi ama saia, om Sinyo Manteman yang ngaco dengan materi yang udah pasti ngaco juga.. Wkwkwk.. *swing swing swing.. ditimpugin botol..*

Nah, malem ini pengen sharing tentang unsur dalam puisi dan majas, prens.. Apa-apa aja siy unsur dalam puisi? Trus, apa siy majas itu? Nah, gimana kalo kita kulik bareng-bareng.. (kita..? lu aja kalee.. wkwkwk..)
So, lesgo prens..


A. Unsur-unsur Dalam Puisi

Nah, di postingan terdahulu saia dah kasih tau pan, kalo puisi itu adalah ungkapan perasaan dan pikiran si penulis. Jadi ga ada aturan yang bersinggungan langsung dengan penulisan puisi. Pun dengan unsur-unsur dalam nulis puisi, otomatis prens, ga ada unsur pasti dalam nulis puisi juga.. Tapi kok kenapa bisa jadi ada unsur-unsurnya..? Nah, unsur-unsur itu muncul dengan sendirinya tanpa kita sadari, prens.. Seperti halnya perasaan dan pikiran kita, unsur-unsur itulah yang membuat puisi menjadi mellow, ceria, sinis, manis, sadis, lucu ataupun satire..
Trus apa aja siy unsur-unsur itu..? Nih prens, saia kasih tau unsur-unsurnya ala om Sinyo yang ngaco ini hehehe.. Simak yee..

1.   Tema/makna (sense); media puisi adalah bahasa. Tataran bahasa adalah hubungan tanda dengan makna, maka puisi harus bermakna, baik makna tiap kata, baris, bait, maupun makna keseluruhan.

2.   Rasa (feeling), yaitu sikap penyair terhadap pokok permasalahan yang terdapat dalam puisinya. Pengungkapan tema dan rasa erat kaitannya dengan latar belakang sosial dan psikologi penyair, misalnya latar belakang pendidikan, agama, jenis kelamin, kelas sosial, kedudukan dalam masyarakat, usia, pengalaman sosiologis dan psikologis, dan pengetahuan. Kedalaman pengungkapan tema dan ketepatan dalam menyikapi suatu masalah tidak bergantung pada kemampuan penyairmemilih kata-kata, rima, gaya bahasa, dan bentuk puisi saja, tetapi lebih banyak bergantung pada wawasan, pengetahuan, pengalaman, dan kepribadian yang terbentuk oleh latar belakang sosiologis dan psikologisnya.

3.   Nada (tone), yaitu sikap penyair terhadap pembacanya. Nada juga berhubungan dengan tema dan rasa. Penyair dapat menyampaikan tema dengan nada menggurui, mendikte, bekerja sama dengan pembaca untuk memecahkan masalah, menyerahkan masalah begitu saja kepada pembaca, dengan nada sombong, menganggap bodoh dan rendah pembaca, dll.

4.   Amanat/tujuan/maksud (itention); sadar maupun tidak, ada tujuan yang mendorong penyair menciptakan puisi. Tujuan tersebut bisa dicari  sebelum penyair menciptakan puisi, maupun dapat ditemui dalam puisinya.



B. Majas

Kalo dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, majas adalah cara melukiskan sesuatu dng jalan menyamakannya dng sesuatu yg lain; kiasan.
Nah majas sendiri terbagi menjadi beberapa macam. Berikut saia coba kulik satu-satu prens…

1. Definisi, Pengertian & Contoh Majas Elipsis
Majas ini berwujud menghilangkan suatu unsur kalimat yang dengan mudah dapat diisi atau ditafsirkan sendiri oleh pembaca atau pendengar, sehingga struktur gramatikal atau kalimatnya memenuhi pola yang berlaku.
Contoh Majas Elipsis :
Masihkah kau tidak percaya bahwa dari segi fisik engkau tak apa-apa, badanmu sehat; tetapi psikis ... . ( Majas Elipsis )

2. Definisi, Pengertian & Contoh Majas Metonimia
Majas ini mempergunakan sebuah kata untuk menyatakan suatu hal lain, karena mempunyai pertalian yang sangat dekat.
Contoh Majas Metonimia :
Pena lebih berbahaya dari pedang. ( Majas Metonimia )

3. Definisi, Pengertian & Contoh Majas Persamaan atau simile
Majas ini mengandung perbandingan yang bersifat eksplisit. Yang dimaksud dengan perbandingan yang bersifat eksplisit adalah langsung menyatakan sesuatu sama dengan hal yang lain. Untuk itu, ia memerlukan upaya yang secara eksplisit menunjukkan kesamaan itu, yaitu kata-kata: seperti, sama, sebagai, bagaikan, laksana, dan sebagainya.
Contoh Majas Persamaan atau simile :
a. Kikirnya seperti kepiting batu.
b. Mukanya merah laksana kepiting rebus. ( Majas Persamaan atau simile )

4. Definisi, Pengertian & Contoh Majas Metafora
Majas ini semacam analogi yang membandingkan dua hal secara langsung, tetapi dalam bentuk yang singkat: bunga bangsa, buaya darat, buah hati, cindera mata, dan sebagainya. Makna sebuah metafora dibatasi oleh sebuah konteks.
Contoh Majas Metafora :
Perahu itu menggergaji ombak. ( Majas Metafora )

5. Definisi, Pengertian & Contoh Majas Personifikasi
Majas kiasan yang menggambarkan benda-benda mati seolaholah memiliki sifat-sifat kemanusiaan. Personifikasi (penginsanan) merupakan suatu corak khusus dari metafora, yang mengiaskan benda-benda mati bertindak, berbuat, berbicara seperti manusia.
Contoh Majas Personifikasi :
a. Angin yang meraung di tengah malam yang gelap itu menambah lagi ketakutan kami.
b. Kata-katanya tajam seperti mata pisau. ( Majas Personifikasi )

6. Definisi, Pengertian & Contoh Majas Ironi atau sindiran
Majas ini ingin mengatakan sesuatu dengan makna atau maksud berlainan dari apa yang terkandung dalam rangkaian kata-katanya.
Contoh Majas Ironi atau sindiran :
a. Saya tahu Anda adalah seorang gadis yang paling cantik di dunia ini yang perlu mendapat tempat terhormat!
b. Kamu datang sangat tepat waktu, sudah 5 mobil tujuan kita melintas. ( Majas Ironi atau sindiran )

7. Definisi, Pengertian & Contoh Majas Sinisme
Sinisme adalah sindiran yang berbentuk kesangsian yang mengandung ejekan terhadap keikhlasan dan ketulusan hati.
Contoh Majas Sinisme :
Tidak diragukan lagi bahwa Andalah orangnya, sehingga semua kebijaksanaan terdahulu harus dibatalkan seluruhnya! ( Majas Sinisme )

8. Definisi, Pengertian & Contoh Majas Sarkasme
Majas ini lebih kasar dari ironi dan sinisme. Majas sarkasmemengandung kepahitan dan celaan yang getir.
Contoh Majas Sarkasme :
a. Mulut harimau kau!
b. Lihat sang Raksasa itu! (maksudnya si Cebol) ( Majas Sarkasme )

9. Definisi, Pengertian & Contoh Majas Sinekdoke
Semacam bahasa figuratif yang mempergunakan sebagian dari sesuatu hal untuk menyatakan keseluruhan (pars pro toto) atau mempergunakan keseluruhan untuk menyatakan sebagian (totem pro parte).
Contoh Majas Sinekdoke :
a. Setiap kepala dikenakan sumbangan sebesar Rp 1.000,00 ( Majas Sinekdoke pars pro toto ).
b. Pertandingan sepak bola antara Indonesia melawan Malaysia berakhir dengan kemenangan Indonesia ( Majas Sinekdoke totem pro parte ).

10. Definisi, Pengertian & Contoh Majas Hiperbola
Majas yang mengandung suatu pernyataan yang berlebihan, dengan membesar-besarkan sesuatu hal.
Contoh Majas Hiperbola :
a. Kemarahanku sudah menjadi-jadi hingga hampir meledak kepalaku. ( Majas Hiperbola )

11. Definisi, Pengertian & Contoh Majas Eufimisme
Majas yang menyatakan sesuatu dengan ungkapan yang lebih halus.
Contoh Majas Eufimisme :
a. Untuk menjaga kesetabilan ekonomi, pemerintah menetapkan kebijakan penyesuaian harga BBM. (kenaikan harga).
b. Untuk mengatasi masalah keuangan, perusahaan itu merumahkan sebagian karyawannya. (mem-PHK). ( Majas Eufimisme )

12. Definisi, Pengertian & Contoh Majas Litotes
Majas yang menyatakan sesuatu lebih rendah dengan keadaan sebenarnya.
Contoh Majas Litotes :
Apalah artinya saya ini, sedikit yang bisa saya sumbangkan bagi generasi bangsaku. ( Majas Litotes )

13. Definisi, Pengertian & Contoh Majas Retoris
Majas ini berupa pertanyaan yang tidak menuntut suatu jawaban.
Contoh Majas Retoris :
Bukankah kita ini bangsa yang beragam adat, suku, dan budaya, mengapa hendak diseragamkan? ( Majas Retoris )

Nah kira-kira itu tadi prens sekelumit tentang unsure-unsur dalam puisi dan majas… So, kalo ada kesalahan ketik atau apapun, maap-maap yee, soalnye om Sinyo pan juga nyari bahannye dari buku-buku and mbah wiki hehehhe…
Ok, see you next time prens…


Sumber:
- Kamus Besar Bahasa Indonesia
- Wikipedia

UPIL (Urusan rumPi ILmu) Puisi dengan Gayamu Season II: Diksi dan Metafor

“Hai teman-teman jagalah kesehatan, jangan lupa gosok gigi dengan komodo” #swing…swing…swing… ditimpugin botol… :D
Sori mori dori mangap-mangap prens, agak telat materinya coz kemaren ada acara dadakan nganterin emak puter-puter mol… :D

So, malem ini saia mau sharing-sharing tentang diksi dan metafor.
Apa itu diksi? Apa itu metafor? Nah, ntar saia coba bahas satu-satu yak.
Puisi itu kan salah satu karya sastra yang ringkas dan kaya makna. Pada dasarnya ga ada tips khusus nulis puisi karena puisi itu pantun bebas dan tidak ada aturan khusus yang mengawal penulisan tersebut. Tapi, kita bisa nemuin tips-tips dengan mengenal unsur-unsur penulisan puisi.

Puisi sendiri merupakan ungkapan rasa dan pikiran penulisnya tentang berbagai hal, baik tentang dirinya sendiri, orang lain atau sekitar. Puisi punya ciri khas sendiri niy prens, terdiri dari bangun yang berupa bait dan gabungan larik-larik dari ungkapan penyair. Pada umumnya larik-larik itu sangat pendek, tapi seiring berkembangnya puisi, banyak juga yang menuliskannya dalam bentuk prosa liris.

Ada dua unsur luar pembuatan puisi:
  1. Diksi
  2. Metafor
Nah prens, kita kulik satu-satu nyok tentang diksi dan metafor ini...

1. Diksi
Diksi dalam arti aslinya dan pertama, merujuk pada pemilihan kata dan gaya ekspresi oleh penulis atau pembicara. Kalo dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, diksi adalah pilihan kata yg tepat dan selaras (dl penggunaannya) untuk mengungkapkan gagasan sehingga diperoleh efek tertentu (spt yg diharapkan).
Nah, dari pernyataan itu, kita bisa ngeliat prens kalo penguasaan kata seseorang akan mempengaruhi kegiatan berbahasanya, termasuk saat yang bersangkutan membuat karangan.

Setiap kata memiliki makna tertentu untuk membuat gagasan yang ada dalam benak seseorang. Bahkan makna kata bisa saja “diubah” saat digunakan dalam kalimat yang berbeda. Hal ini mengisyaratkan bahwa makna kata yang sebenarnya akan diketahui saat digunakan dalam kalimat, prens. Lebih dari itu, bisa saja menimbulkan dampak atau reaksi yang berbeda jika digunakan dalam kalimat yang berbeda. Berdasarkan hal itu dapat dikatakan bahwa diksi memegang tema penting sebagai alat untuk mengungkapkan gagasan dengan mengharapkan efek agar sesuai.

Plilihan kata atau diksi mencakup pengertia kata-kata mana yang harus dipakai untuk mencapai suatu gagasan, bagaimana membentuk pengelompokan kata-kata yang tepat atau menggunakan ungkapan–ungkapan dan gaya mana yang paling baik digunakan dalam suatu situasi. Pilihan kata atau diksi adalah kemampuan membedakan secara tepat nuansa–nuansa makna dari gagasan yang ingin disampaikan dan kemampuan untuk menemukan bentuk yang sesuai (cocok) dengan situasi dan nilai rasa yang dimiliki kelompok masyarakat pendengar.

Pilihan kata yang tepat dan sesuai hanya dimungkinkan oleh penguasa sejumlah besar kosakata atau perbendaharaan kata bahasa itu. Sedangkan yang dimaksud pembendaharaan kata atau kosakata suatu bahasa adalah keseluruhan kata yang dimiliki suatu bahasa. Dalam hal ini ada dua macam istilah prens...

1. Istilah umum adalah istilah yang berasal dari bidang tertentu, yang karena dipakai secara luas, menjadi unsur kosakata umum, misalnya:
- anggaran belanja
- daya
- nikah
- penilaian
- radio
- takwa

2. Istilah khusus adalah istilah yang maknanya terbatas pada bidang tertentu saja, misalnya:
- apendektomi
- bipatride
- kurtosis
- pleistosen

Sementara itu, ada yang namanya bahasa baku ( kata baku ). Nah, bahasa baku itu adalah bahasa atau kata yang mengikuti ragam atau kaidah yang telah ditentukan atau telah dilazimkan berdasarkan ejaan yang telah disempurnakan.
Fungsi bahasa baku adalah:
1. Fungsi pemersatu
2. Fungsi pemberi kekhasan
3. Fungsi pembawa kewibawaan
4. Fungsi sebagai kerangka acuan

Ciri-ciri bahasa baku:
1. Kemantapan dinamis
2. Kecendikiaan
3. Keragaman kaidah

Penggunaan bahasa baku:
1. Alat komunikasi resmi, seperti dalam upacara kenegaraan, rapat dinas, administrasi pemerintahan, surat-menyurat resmi, perundang-undangan, dan sebagainya.
2. Sebagai bahasa pengantar dalam bidang pendidikan dan pengajaran.
3. Bahasa dalam wacana teknis, seperti laporan kegiatan, laporan penelitian, usulan proyek, karangan ilmiah, lamaran pekerjaan, seminar ilmiah, makalah ilmiah, artikel/karangan tentang sesuatu ilmu yang ditulis dalam majalah atau buku, dan sebagainya.
4. Alat pembicaraan dengan orang-orang yang patut dihormati dan/atau orang-orang yang belum atau baru saja dikenal.

Contoh:
> KATA TIDAK BAKU
   - konsekwensi
   - sistim
   - praktek
   - apotik
   - nasehat
   - hakekat
   - ijasah
   - menejemen
   - jadual
   - bis
   - diagnosa
   - gubug

> KATA BAKU
   - konsekuensi
   - sistem
   - praktik
   - apotek
   - nasihat
   - hakikat
   - ijazah
   - manajemen
   - jadwal
   - bus
   - diagnosis
   - gubuk



2. Matafor
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, metafor adalah  pemakaian kata atau kelompok kata bukan dng arti yg sebenarnya, melainkan sbg lukisan yg berdasarkan persamaan atau perbandingan.

Bahasa mempunyai unsur leksikal tertentu prens untuk mengungkapkan emosi. Dalam bahasa
Indonesia misalnya, selain kata marah ditemukan sejumlah unsur leksikal untuk menyatakan
konsep MARAH. Kata marah ini mempunyai makna merasa (atau rasa hati) sangat tidak senang
(krn dihina, diperlakukan tidak sepantasnya, dsb); berang; gusar . Kata-kata lainnya meliputi
berang, gusar, geram, gemas, murka, gondok, mengkal, jengkel, dongkol, sewot, solot, sebal, kesal, uring-uringan, merah padam, dan rampang. Nah, leksikal sendiri adalah makna yang tetap tidak berubah-ubah sesuai dengan makna yang ada di kamus.

Banyak kajian-kajian terhadap metafora sebagai gaya bahasa, sebagaimana disampaikan, prens... Tapi pada umumnya menggunakan pendekatan yang didasarkan pada dua pandangan yang berbeda.

> Pendekatan pertama didasarkan pada pandangan klasik (Classical View) terhadap metafora. Pandangan klasik ini muncul sejak beredarnya tulisan Aristoteles (384-322 SM) tentang metafora. Aristoteles memandang metafora sebagai satu jenis hiasan tambahan pada penggunaan bahasa dalam kehidupan sehari-hari. Metafora dianggap sebagai alat retorik yang hanya digunakan pada saat-saat tertentu untuk mencapai efek tertentu pula. Wujudnya menyimpang dari bahasa yang dianggap masyarakat sebagai bahasa yang normal, prens... Oleh karena itu, setiap pendengar menangkap ujaran metafora, ia akan menangkapnya sebagai bentuk ujaran yang aneh (anomalous) sehingga ia harus berusaha sedemikian rupa untuk dapat merekonstruksi makna apa sebenarnya yang terkandung dalam ujaran aneh itu.

> Pendekatan kedua didasarkan pada pandangan romantik (Romantic View). Kemunculannya terjadi sekitar abad 18-19 Masehi, prens... Aliran ini memandang metafora sangat berbeda dengan pandangan sebelumnya. Dalam pandangan romantik, metafora merupakan wujud integral dari bahasa dan pikiran sebagai sebuah cara pencarian pengalaman. Sebuah bentuk metafora dipandang tidak hanya sebagai refleksi dari bagaimana penuturnya menggunakan bahasa, tetapi juga sebagai refleksi dari bagaimana pikiran-pikiran penuturnya.
Lebih dari itu, sebagaimana yang disampaikan Freeborn (1996:63) bahwa George Lokaff dan Mark Johnson, sebagai penganut pandangan romantik, mengakui metafora bukanlah sekedar alat imajinasi puitik dan hiasan retorik semata, tetapi meresap dalam kehidupan sehari-hari, bukan sekedar ada dalam bahasa, namun menyatu dalam pikiran dan tindakan. Melalui metafora yang digunakan, seseorang dapat diketahui pikiran dan perbuatannya. Metafora mencerminkan siapa dan bagaimana pemakainya.

Pengertian Metafora
Mengemukakan bahwa metafora berasal dari kata meta dan phoreo yang berarti bertukar nama atau perumpamaan. Metafora adalah majas perbandingan langsung, yaitu membandingkan sesuatu secara langsung terhadap penggantinya. Untuk memperjelas pengertian yang diajukannya, sebagai contoh:

(1) Sang ratu malam telah muncul di ufuk timur
(2) Jantung hatinya hilang tanpa berita




Ungkapan ratu malam pada kalimat pertama berarti bulan sedangkan ungkapan jantung hati pada kalimat kedua berarti kekasih. Jadi, bulan secara langsung dibandingkan dengan ratu malam atau ratu pada malam hari, sedangkan kekasih secara langsung dibandingkan dengan jantung dan hati.
Apa yang dimaksud dengan perbandingan langsung pada pengertian yang diajukan di atas, dapat dipahami dengan jelas melalui pengertian metafora. Dalam bukunya yang berjudul Teori dan Apresiasi Puisi (Waluyo), menyatakan bahwa metafora adalah kiasan langsung, artinya benda yang dikiaskan itu tidak disebutkan. Metafora itu langsung berupa kiasan. Sebagai contoh klasik, yaitu litah darat, bunga bangsa, kambing hitam, bunga sedap malam, dan sebagainya. Contoh-contoh yang dipaparkan ini dikatakannya sebagai metafora konvensional, yaitu metafora yang sudah lazim.

Dalam puisi-puisi modern, banyak dijumpai metafora yang tidak konvensional sebagai hasil upaya kreatif penyair. Jenis metafora ini bersifat original. Ia hanya dimiliki oleh penyairnya. Sebagai contoh, Waluyo menyajikan petikan puisi karya Rendra yang berjudul Surat Cinta sebagai berikut.


Engkaulah Putri Duyung

Tawananku

Putri Duyung dengan suara merdu

Lembut bagai angin laut

Mendesahlah bagiku

Dalam penggalan puisi ini, Rendra mengiaskan kekasihnya sebagai putri duyung. Putri duyung merupakan metafora yang tidak lazim dikenal masyarakat sehingga disebut sebagai metafora yang tidak konvensional. Metafora ini hasil proses kreatif Rendra dalam menciptakan puisi. Putri duyung sebagai metafora hanya ada dalam puisi Rendra. Sebagai penyair yang kreatif, Rendra enggan menggunakan ungkapan seperti bunga desa, belahan jiwa, jantung hati, ataupun ungkapan-ungkapan lain yang sudah ada sebelumnya.

Nah pren, kira-kira begitu tentang diksi dan metafor. Memang, puisi tidak harus mengacu pada dua penjabaran di atas, karena seperti yang saia tulis tadi di atas bahwa puisi adalah ungkapan perasaan dan pikiran seorang penulis... So, ada yang bilang begini:

"Perhatikan teori aturan-aturan dalam menulis, lalu lupakanlah saat kita menulis sesuatu..."

Oke... saia kira begitu untuk hari ini. Next week kita bahas sesi ketiga tentang unsur dalam puisi dan majas yak... Mudahan ga ada halangan lagi... See you next week prens... Keep writing yak... :))

Sumber:
- Kamus Besar Bahasa Indonesia
- Teori dan Apresiasi Puisi (Waluyo)
- Puisi Surat Cinta (Rendra)

Minggu, 15 Mei 2011

Rucer (Rusuhin Cerita): 100 kata The Way To Home



BUNDA JAHAT
oleh : Lily Zhang



Ucapku kasar, membanting pintu dan beranjak pergi.
“Monic...” Panggil Bunda pelan.
Kejadian pagi ini membawaku pada sisi jalan yang terasa menyindir langkahku. Tidak terasa langkah ini membawaku tiba di daerah kumuh di pinggiran kota. Jalanan yang tidak diaspal, penuh sampah yang berserakan menghias jalanan yang terhimpit gubuk yang hampir ambruk. Banyak suara keras terdengar, samar-samar kuketahui banyak pertengkaran kerasnya kehidupan yang mewarnai, sedangkan aku tidak bersyukur. Menuntut bundaku untuk kulanjutkan kuliah S2. Sedangkan banyak yang jauh tidak beruntung, kulangkahkan kaki di jalan beraspal, menuju rumahku.
“Maafin Monic Bunda...” Ucapku menyesal, senyum lembut Bunda menyadarkanku betapa aku sangat beruntung.




Cerita di jalan setapak
oleh : Catz Link Tristan


Di jalan setapak itu kembali dia bercerita padaku. Kadang sambil melompat kecil, berputar, atau dengan langkah gontai.

Hari ini salju di minggu ke dua. Dia mengenggam payung yang terlupakan. Terlalu asyik menghitung langkah dan menikmati salju.

“Kau tahu kenapa aku terus menghitung langkahku?” tanyanya padaku.
“Karena aku berencana untuk terus hidup. Aku yakin suatu pagi nanti , aku tidak perlu menghidupkan recorder untuk mendengarkan rekaman suara asing yang ternyata diriku sendiri.”
“Suara yang mengingatkan siapa aku. Kejadian kemarin yang aku lalui serta jalan setapak menuju rumahku.”

Tombol off ditekan, tanda akhir perjumpaan kami siang itu.

by Cat _ khuntien, 10 Mei 2011




-satu episode pulang-
oleh : Ai Reen

Aku singgah pada langit di sebuah tanah laknat. Aku mengucapnya seperti itu seakan kota ini terlalu kejam untukku. Kerap aku menyebutnya genangan langit yang tak dikenal. Dia, menyebutnya tanah tak bertuah, tempat segala hitam dan putih bersatu menjadi absurd. Tapi bagiku, akulah yang ambigu.

Semua rutunitas hanyalah gempita ibukota dengan sekelumit risalah juga problematika dan dilema berkepanjangan. Sementara aku seringnya melihat kota ini dari balik jendela bilik bulan berukuran 3x3, saksi bisu aku yang tergugu dan terpukul . Tapi ternyata kini aku terlalu lelah untuk bertahan
Hei, biar kunyanyikan sebuah refrain “jangan lagi pulang, jangan lagi datang…pergi jauh. Dan lalu…dan lalu…
Bandung, 11.05.2011





Kembali Berpijak
oleh : Dhini Aprilio

Aku akan pulang. Menapak kembali pada tempatku berpijak. Menjalin mimpi yang sempat meretas. Terkoyak angan yang terlalu jauh melayang. Terampas oleh resah yang menggetarkan. Melayang bersama pesona anak Adam, yang terpampang pada dunia fatamorgana.

Duhai, inilah saat pembuktian. Ketika sebuah rasa harus dipertahankan di atas untaian benang cinta yang semakin menipis. Karena hidup tak sekedar pesona yang hadir di masa kini. Jalinan masa yang saling terkait, dulu, kini dan nanti terbukti akan saling menguatkan. Cinta adalah semu, kan hilang dan membeku dengan siapapun kau berpadu. Kasih sayang adalah abadi, tak tererosi oleh jarak dan waktu.

Pulanglah. Kembali pada tempat kuberpijak. Meski perih mengiris sebuah asa yang menggigil berpeluk kecewa. Hanguskan sebuah warna yang tengah membara. Tapi, biarlah. Jalan terbaik adalah pulang berpayung gemawan yang bersahutan. Seolah menyampaikan salam damai untukku. Lepaskan saja sauh itu. Terbangkan harap pada dua kepaknya. Biarkan ia melesat menuju muara cintanya.





Air Mata Senyuman
oleh : Cahya Furi Purnama

Pada jalan ini terdapat jejak langkah kita, dimana karat besi dan kereta tua menjadi saksi ketika kita menikmati indahnya senja. Saat itu engkau pernah berkata “Jalan ini akan menjadi bukti bahwa kita adalah satu”, aku hanya bisa tersenyum dan membiarkanmu memainkan rambutku yang terurai oleh hembusan nakal sang bayu.

Saat ini aku kembali menyusuri jalan kita, melengkapi sebuah monolog rindu yang tak juga usai. Aku tahu engkau sedang melihatku sambil tersenyum dari gerbang nirwana, maka dari itu aku membawa sebuah payang hitam jika air mata sudah tak sanggup ku bendung.

Tepat satu tahun berlalu, namun hadirmu selalu menghiasi rona senyumku.





Serenade Beranda Rumahku
oleh : Sinyo Manteman

Sudah hampir setahun aku bekerja di perantauan. Hampir setiap malam pula sepulang kerja, aku menghabiskan waktu duduk di beranda rumah kontrakan. Tak seperti di beranda rumahku sendiri, riuh bocah berlarian sepulang mengaji, sapaan tetangga yang lewat, juga suara denting wajan dan sodet tukang nasi goreng yang mangkal di depan rumah.

Seorang perempuan berpayung hitam mengingatkanku pada ibu. Dulu, ibu kerap bertanya, "ngapain bengong aja..?" ketika mendapatiku di beranda rumah. Aku rindu itu, rindu pertanyaan ibu sembari duduk di sebelahku.

Tapi, aku di sini sekarang. Berteman gitar dan segelas kopi sambil memainkan serenade tentang beranda rumahku. Ya, perantauan, jalanku menuju pulang.

Batavia, 110511





Aku pulang
oleh : Aimie Keiko

Hujan mereda dan aku teringat seseorang di ujung jalan sana. Berapa tahun lalu saat hujan melebat, ia tersenyum meringis menunjukkan giginya yang reges. Bocah itu memberiku payung hitam yang lebar. Katanya biar aku tidak ikut kehujanan saat mengojek payung. Katanya juga kalau hujan datang, berarti Ayah Ibu di surga sedang merinduku. Tangisku pecah seketika.

Ahh.. andai bocah lelaki itu tahu, bahwa tanpanya dulu, aku takkan bisa sesukses ini.

Kamu tahu musikalisasi puisi ini?

‘Ada gadis kecil diseberangkan gerimis. Di tangan kanannya bergoyang payung, tangan kirinya mengibaskan tangis...di pinggir padang, ada pohon dan seekor burung...’

Ia sering menyanyikannya untukku.





Permohonan Terakhir
oleh : Ragil Prityasning Dyah


Apa yang kaulihat pada pertengahan pagi? Bilah-bilah cahaya itu menyusup mulus melewati gumpalan air di langit kelabu. Perlahan, meneteskan bebannya satu demi satu. Aku masih ingat bagaimana kau memberiku sebuah payung hitam dalam perjalanan pulangku. Apakah kau akan menyusulku?

Aku berjalan di tepi rangkaian besi tua yang menopang kereta berkecepatan tinggi selama puluhan tahun. Memandangnya pilu sambil terus berjalan sampai kutemui ujung buntu rel itu. Aku terhenti. Apakah aku juga akan bernasib sama? Dilewati begitu saja, lantas teronggok tak berdaya karena kautinggalkan?

Katakan padaku … apa kau akan mengejarku? Ataukah kau hanya akan berlalu pergi? Ini permohonan terakhirku. Pulanglah, Kak.





Pepatah itu (si Penari)
oleh : Nandi Ari


~sedia payung sebelum hujan~

Mungkin mendengarnya dari Guru Bahasa Indonesia. Tapi bukan hujan akan datang itu ditegaskan, melainkan payung diartikan seribu penjelasan. Kadang aku lupa, payung hitam ada di tangan. Basah

Sekrup kecil terlepas dari belah rel kereta mengelinding di ujung kali. Mesti aku melompat atau menginjaknya.seperti langit sedih. tiap Dia menangis, apa aku mesti menutup diri atau membiarkan aku ikut merasakannya. Seharusnya aku berani menentang segala, sama halnya jaket merah ini. Tetap menari

Belakangan Langit menangis tanpa musim, saat dia marah dan saat dia sedih. Meluap-luap, semuanya meluap. Tapi apa mesti disediakan sebelum benar meluap? Bukan angan janji..





Aku Ingin Pulang
oleh : Naning Radysha


Kutapaki kembali jalan ini, satu jalan kehidupan yang tak memiliki banyak warna – hitam putih. Tak ada cerah, tak ada mejikuhibiniu warna pelangi. Buram, suram, sunyi, sepi, mati. Hanya cerah jaket merahku pertanda aku di sini, sendiri.
Iya, di sinilah aku dengan payung hitam di tangan kanan sebagai pelindung. Mungkin hujan akan membuatku basah atau terik matahari membakar kulitku. Entah, aku tak tahu karena langit pun berwarna senada – hitam putih.
Dengan langkah goyah kutelusuri jalan ini selangkah demi selangkah. Sesungguhnya aku lelah, aku ingin pulang ke rumah. Rumah dimana tempat cinta itu berada.
: tunjukkan aku jalan pulang …..





TANPA ARAH
oleh : Lamhot Susanti Saragih


Kita sama-sama tahu perjalanan ini takkan mudah. Tapi kau meyakinkan, bila tidak pernah mencoba maka tidak akan tahu seberapa kuat kita menghadapi segala rintangan. Sungguh, aku ingin percaya, sepertimu, percaya pada sesuatu yang tak pasti, tapi membayangkannya saja membuatku ketakutan. Aku merasa, suatu saat, entah kapan, aku tersesat dan tak bisa kembali. Sampai kapan?
“Biar waktu yang menjawab, sayang. kita hanya pelaku dan kau tahu pasti, takdir sangat suka bermain-main dengan sabar bahkan ketika kita hampir mati tersedak getir.”
Dan kita tidak punya tujuan yang pasti selain perasaan-perasaan ini. Menyedihkan. Seperti rel ini, kau dan aku berjalan beriringan tapi tidak pernah bersatu pada satu titik temu.





Bunda aku pulang
oleh : Dina Taz Mardiana


Terombang-ambing dalam gulungan ombak dan angin laut yang mulai tidak bersahabat, sudah 3 hari 3 malam awan gelap mengiringi perjalananku. Demi sebuah pengabdian untuk sepasang mata teduh yang hampir lima tahun tidak kutemui. Hanya suara berharap dari sebingkai kisah tentang rasa sakit yang selalu ditutup-tutupinya. Tapi sungguh sangat kuhapal tarikan nafasnya, nada suaranya ketika hatinya dicandai dengan senyuman atau sebingkai kesedihan.
Satu hari lagi kapal ini berlabuh, akan kutemui sosok yang selama ini selalu menari-nari dipikiran, bahkan mimpi-mimpiku setiap malam. Bagai dejavu, sekelebat kulihat lambaian tangannya, aku ingin memeluknya, dan akan kuhadiahkan satu kecupan hangat di keningnya.

Selasa, 10 Mei 2011

Battle Poems Tema Pesan






Lily Zhang

kutermangu...
dalam diam menatap
dalam tenang kucoba beriak
dalam tatap kupasrahkan

kau berombak...
tak mampu kugapai
tak terjangkau kuberiak
dan kuserahkan pada takdir

namun takdir tak memihakku
goresan tertulis...
dalam kotak kaca kuhanyutkan
rasa yang tak tersampaikan



Ai Reen

kau lihat, disana kubenamkan sebuah pesan
kelak mungkin larut di bawah senarai gerimis, di bulan merah jambu yang entah kesekian masa

aku luruh penuh pada pangkuan waktu, bernafas aku akan tetap mengenang - tentangmu, tentang kita , meski kenangan hanyalah selembar catatan yang rendam dalam sejarah.
begitu bening, aan tetap bercerita meski tak pernah tersiar kesegala penjuru bumi.

o, kali ini...telah kau titipkan nafas kesucian dari yang terbiar. kita satu, meski tak menemu aku adalah kau, senyawa dari rahim hujan, tanah basah dan gugus barisan tujuh warna yang membisa di ujung mata (itu janji, tanda aku telah berdamai denganmu dalam sebuah rekonsiliasi perempuan yang terlambat)

kelak, jika waktu hidup menjanjikan kesempatan, ku tunggu kau di persimpangan yang sama, sekalipun di nirwana

....dan dari rahimku, terlahirlah selembar pesan reinkarnasi dalam sebuah cinta... dan pengampunan

: pesan kehidupan

bandung, 09.05.2011



Sinyo Manteman

‎: teruntuk hujan

sudah kutuliskan segala hal tentangmu dalam sebuah jurnal usang dan menyimpannya ketika musim mulai membuat daundaun berwarna hijau. pada malam, kutemukan percik yang berjingkat di matamu. aku menamainya bulirbulir pereda untuk sebuah sakit rindu semusim lalu; kau tak sekedar terbias pada cermin.

aku pun lelap dalam deja vu biru. kau masih berjingkat sejauh malam melarut, entah selarut apa. ah, aku terlalu lelah menggelandang rindu ini untuk sebuah mimpi yang lain. hingga pagi tiba, masih kutemui sisa percikmu berjingkat lirih.

barangkali tak seutuhnya jurnal usang itu tersimpan. barangkali juga ada lembarannya yang terpisah, entah hilang atau sengaja kau bawa pulang untuk dijadikan ingatan akan sebuah kisah tentang hujan, tentang aku, juga tentang kau. maka bawalah lembaran itu dalam hidupmu. nanti, jika kau bosan, hanyutkan saja di riak samudera. di bibir pantai ini aku menunggunya terdampar.

teruntuk hujan, tak pernah habis kutulis tentangmu dalam jurnal usangku, pun selalu ada lembaran yang singgah di berandamu.

Batavia, 090511



Ernando Wiranata Lingga

kugoreskan tinta membentuk kata,
tersusun rapi dan penuh warna
kumasukan satu persatu cerita ke dalam jurnal itu
ku posting tiap cerita agar selalu dikenang
ku urutkan setiap kesedihan dan keceriaan kita
semoga selalu mendapatkan profit untuk kebahagiaan kita
itulah laporan percintaan kita yang lalu
yang tertanam didalam samudra agar asinnya dunia bisa menghapus kesedihan yang lalu
dan biarkan asin itu membimbing menuju kedewasaan.



Dhini Aprilio

pada hari ku terduduk di situ,
di sudut rumahmu
dengan secangkir teh dan madu penawar rindu
kau ajak aku bercengkrama, tentang ini itu
pun kau tak tahu tentang isi kepala yang menggugu

hingga sajian cangkir ke tiga kuhirup perlahan dan syahdu
lidahku masih saja kelu dan membiru
lonceng usai waktu singgahku semakin bertalutalu
kau tak pernah tahu maksud hatiku
hanya sebaris larik yang kuselipkan di tanganmu
pada selembar kisah yang terbaca oleh ibumu..



Catz Link Tristan

gadis bodoh! Untuk apa kau titipkan rindu pada selembar kertas? Nyatakan cinta pada udara yang kau simpan. Titip ikatkan nyanyian harapan sebelum kau menutup diriku.

Setiap pagi menjelang kau menatapku seakan aku hartakarun terbesar di dunia. Padahal aku bahkan baru seukuran ibu jarimu.

Gemercik air ketika air menyapu. Pesanmu, bawalah rindumu yang sia-sia. Kabarkan pada dunia akan cintamu yang terpendam serta harapan tanpa kunjung ada titik cerah.

Dan aku pun hanyut mengarungi derasnya lautan biru.



Cahya Furi Purnama

Ada yang tertinggal pada sudut mati
lembaran lusuh bertulis sebaris harapan
yang kepadanya melekat titik hitam sebuah sesal
dari daun yang mengering lalu berguguran
meninggalkan induk pohon kehidupan
terapung pada semesta biru dua sisi lautan mimpi
ikuti arus kemana bumi akan pergi
ruang tak bertuan

: hanya bisa menunggu orang sepertiku, kemudian mengambilnya sambil berlalu

Sabtu, 07 Mei 2011

Battle Poems Tema Alone


Ai Reen 

ini aku, inilah aku. dalam sebuah antologi hati entah darimana kata terantai menjadi sebaris kalimat yang begitu bisu. o, aku masih disini tergugu duduk terdiam...

sendiri, dalam sebuah elegi, meski bukan pada waktu aku bertaruh! bukan pada kelabu aku mengaduh gaduh menjatuhkan beribu luka. selayaknya hanya sebuah dejavu, padanya aku menjadi bayang remang

: gamang



Lily Zhang 

aq tepekur memandangi meja yang sedari tadi membisu, kulunglaikan tanganku namun tak terprotes, diam, hening, tiada yang berada disisiku meramaikan jiwaku, hingga gundahku ini pergi... aku sendiri sahaja... sudahlah... ternyata aku memang harus berkhayal layang...


Nandi Ari
Tak lelah ku mencinta kesunyian
Pula duduk disini tanpa alasan
Hanya gelap mendera hati yang suram
Yang ku pahami, jiwaku telah lama pergi tanpa pamit

:dingin



Sinyo Manteman

 
ia bahkan hampir tak mengenali dirinya sendiri
barangkali hampa di pikiran membuatnya lupa
dilayangkan pula segala ingatannya
terbiar mengawang entah kemana
ia hanya tahu jantungnya masih berdetak
pun sudah terbatabata mengeja hidup

pada hari ia terduduk di sana
sekelumit lamunan membawanya pulang



Dina Taz Mardiana 
 


Bercanda dengan hening, seumpama simfoni yang terus menarinari di penjuru otakku dengan iringan nada tanpa suara.

:aku membisu



Catz Link Tristan
 
Menunggu pembeli

Pukul duabelas malam, lelah telah berganti lelap
Namun aku baru saja memulai hari
Tigas gelas vodka satu bungkus racun tembakau temani ku menanti
Tapi bagaimana aku bisa mendulang rupiah bila aku duduk dan terus termenung. 


Cahya Furi Purnama 


Malam ini ia kembali menatap langit, seraya menanti bintang yang lagi-lagi temaram dibalik awan yang menyelimuti harap dengan segala entah. Genap dua belas purnama ia menanti dalam sendiri, hanya berteman angin sepi yang sudah mulai bosan berseri. Hanya asap putih dari bara tembakau yang bisa membuatnya tersenyum, ia berkata “ini membuat ku mengerti akan sosok sang bintang, karena akan membunuhku secara perlahan”.


Afrilia Utami 

dalam lipatan diri dan kau bahasa bisuku.
menafsirkan artefak kelabu, menyelinap rasa sepi
ruh kecilku tak bertubuh, sembunyi di sesisa ruang mimpi
dari sejengkal sunyi yang bersitatap dalam ilusi..

Jumat, 06 Mei 2011

Foto-foto Kopdar Cafe Rusuh 9 April 2011


Narzis ala anak-anak Cafe Rusuh dari Blok M sampai ke Kota Tua... Wkwkwkkwkw... :)) :p
































Battle Poems Tema Ular

Bening Sanubari

Parseltongue

semalam
di beranda sempit kota kita
kurasakan ular melilit tubuhku dalam lumat selembut bibirmu
...
apakah itu titisanmu
yang bertandang menjemput mimpiku
dengan segengam gumam yang kau selipkan di jari manisku



June Tan

Si Ular protes
kalian manusia memang sadis
lihatlah restoran-restoran yang ramai kalian kunjungi!
ular goreng, darah ular, sate ular

...Memang apa salahku?
aku hanya ingin hidup tenang!
Kalian yang menggangguku
merambah hutan, merusak padang, mengusir kaumku hingga punah!

Kalian bilang aku berbisa
tapi bisaku hanya untuk melindungi diri
tak pernah kugunakan untuk melukai sesamaku
sementara kalian?
tanpa bisa pun kalian saling bunuh...

kalian bilang karena lidahku bercabang
maka aku sering ingkar janji
tidakkah kalian sadar
bahwa sekalipun aku tak pernah berjanji?

Bahkan tanpa cabang di lidah
kalianlah yang sering ingkar
mengumbar mulut manis penuh racun
lalu lagi-lagi meggunakanku sebagai perumpamaan!

Menjijikkan!
hanya karena merasa sebagai 'yang paling sempurna'
kalian bisa menentukan mana yang salah dan benar
hanya karena buku-buku dongeng itu!

Bila hukum alam berlaku
makhluk yang kuat boleh membunuh yang lemah
manusia sebagai mekhluk terkuat
juga boleh memangsa makhluk lain yang lebih lemah

Kalau begitu
bila ada yang lebih kuat dari manusia
kenapa manusia tak boleh dibunuh juga?


Ria Aprilia

‎- keinginan -

seekor ular menjulurkan lidahnya
lalu berbisik di telinga yang sudah berisik

...ia memincingkan mata, sungguhlah menggoda
di antara daya yang entah kemana lepas lalang
sebelum ia sempat mematuk, atau meletakkan lidahnya
di jantung hati

ah! dosa pertama dari segala dosa
seolah sejarah purba; buah pengetahuan dan perempuan


Dina Taz Mardiana

*Reborn*
...
Meliukliuk mencari jalan kembali
bersilat lidah bercabang menjadi dua
Memaparkan alasan menghiba kesungguhan
Kau tularkan bisamu, biar aku tergugu
Melupakan luka karena kibasanmu

Lalu,
Janjimu kau akan ganti baju
Memecah menjadi kulit baru
Tidak menjamin semuanya seperti dulu
Ingat itu!


Cahya Furi Purnama

Sebentuk Mara
Mengendap dalam sembab usang deduan gugur, dalam mata yang mengawan pada tujuh sudut menebar tanya. Tetes bisa menanti sewujud mangsa lengah agar tak berdaya. Pernahkah engkau mengerti tentang arti yang tak terpenuhi, gelinjang bukan indah jika bergelimang air mata.
: Bara


Elang Sableng

---ular yang baik---
kau tak pernah keluar malam dg belang-belang disisikmu,
kau tak pernah menyemburkan racun harap nan semu,
kau tak pernah membekukan rasa dg bisa dikecupmu,
[titik dua P]


Sinyo Manteman


indah dan mematikan
ah kau ini memang ular
sekarang kau kata a
...tak lama lagi kau kata b
lidahmu bercabang, manis

kadang aku sendiri bingung
saat kau berganti kulit
yang tadinya keriput
tibatiba kembali mulus

kadang juga kepalamu dua
atau bahkan lebih
satu di sini, satu di sana
tak pernah pasti

kau memang indah dipandang
tapi juga berbahaya
racunmu melumpuhkan syaraf
membunuhku dengan cepat

pelukmu hangat dan mematikan
menghimpit rongga dada
membuatku sesak nafas

ah kau ini memang ular
indah tapi mematikan


Catz Link Tristan

Masih ingat pada senja itu?
Kita tertawa bersama
Tertangkap ...
Pada akhir lagu permainan
#Ular naga panjangnya bukan kepalang
...Menjalar-jalar selalu riang kemari
Umpannya lezat itulah yang dicari
Ini dianya yang terbelakang#
Kali ini juga, kita tertangkap


M Christina Dwi

Membius
Menggulung-gulung di tiap waktu
Dalam tiap kesempatan mencari mangsa
Hingga Lari kemanapun ia mau

Tanpa berputus asa
Menggoda mahkluk di sekitarnya
Hingga jatuh pada pelukannya

Ia memberikan zat yang membuat orang terkapar
Tanpa sadar hingga diri melayang
Di antara dua dunia yang membuat orang gempar

Semua rasa bercampur baur dalam jiwa
Jantung berdetak kencang bagaikan angin ribut
zat berbahaya menjalar mengancurkan hidup yang ada

UPIL (Urusan rumPi ILmu) Puisi dengan Gayamu Season I : Ide dan Imajinasi

Oleh : Sinyo Manteman

Halluuu prens.. Maap yak, saia pake bahasa sehari-hari aja, biar lebih renyah dan gampang mencernanya hehe.. *beralibi karena ga bisa bahasa resmi* :D

So, perkenalkan, saia Sinyo Manteman. Bukan penulis, bukan penyair apalagi sastrawan. Saia cuman anak kampung yang pengen share tips ngaco nulis puisi. :D

Jadi gini prens, sering saia lihat banyak teman-teman yang mengeluh "lagi ga ada ide nih" atau "lagi writer block nih". Nah, kalo merujuk dari pernyataan om Khrisna Pabichara tentang ide, bahwa ide itu datang dari mana saja dan kapan saja; bahwa ide itu binatang liar yang harus dijinakan, saia rasa kita ga akan kehabisan ide, apalagi dalam menulis puisi.

Bagi saia pribadi, menulis puisi itu cuma butuh imajinasi. Mungkin jika kita mengikuti aturan tentang puisi yang harus penuh metafor dan diksi, penulis seperti kita ini kerap kali mengabaikan aturan tersebut. Salahkah? Tentu tidak, sebab puisi itu lahir dari apa yang kita lihat dan rasakan. Lupakan diksi dan metafor dulu, karena saia mau share tips cepat nulis puisi dengan imajinasi kita.

Apa imajinasi itu? Kita ibaratkan imajinasi itu adalah pohon buah di dalam pikiran kita dan otomatis kita perlu pupuk supaya si imajinasi ini bisa menghasilkan buah dari tangan kita. Apa pupuknya? Pupuknya adalah ide yang bisa kita dapatkan di mana saja dan kapan saja. Saia punya satu contoh begini, sewaktu pulang kerja saia menggunakan sarana umum. Otomatis banyak dong yang bisa kita lihat dari sarana umum itu, misalnya kemacetan. Anggap saja kemacetan itu adalah si ide a.k.a pupuk untuk pohon imajinasi kita. Siapa sih yang ga bawa handphone jaman sekarang? Anak SD kelas 1 pun udah bawa handphone, bukan? Iseng, kita pupukin tuh pohon imajinasi dengan pupuk ide kemacetan. Buahnya seperti apa? Kira-kira begini:

aku tak pernah habis pikir
kenapa jalanjalan ini begitu sempit
hingga kendaraan begitu berjubel
bergerak perlahan bahkan berhenti

Sederhana, bukan? Save buah imajinasi itu dalam sms di handphone kita. Kalau kita malas senam jempol, biarkan dulu buah imajinasi itu menggantung di pohon imajinasi kita, dengan catatan kita bukan seorang pelupa.. :D (sekedar ngasih tau, berhubung saia ini anak kampung, saia masih sering nulis di kertas bekas bungkus rokok lho.. hihihi..) :p

Sebenarnya kita semua punya pohon imajinasi itu kok di pikiran kita. Mungkin cuma meranggas dan perlu dipupuk dengan ide yang bisa kita dapatkan dari mana saja dan kapan saja. Saia punya satu contoh lagi. Ini mungkin imajinasi paling mudah untuk menghasilkan buah. Kalau kita lagi ngerasa mellow, sedih, rindu, atau sendiri biasanya gampang menghasilkan buah. Pupuknya apa? Ya apa yang kita rasain, misal lagi sendiri dan ngerasa rindu. Mungkin buahnya akan seperti ini:

waktu sudah kuhitung genap
tapi kau tak juga berucap
bahkan sepatah kata pun tidak
sementara aku begitu berharap
meski hanya sekata sapa

So, the point is.. Menulis puisi itu suka-suka kita, apa yang kita lihat, apa yang kita rasakan bisa menjadi puisi dengan ide yang tersebar di mana saja dan kita bisa mendapatkannya kapan saja. Kita tinggal mengimajinasikan menjadi karya seperti apa yang kita mau. Kita ga selalu harus terpaku pada aturan pembuatan puisi. Ambil ide dari mana saja, kapan saja lalu kembangkan imajinasi kita dan lahirkan sebuah karya dari hati melalui tangan kita. Selamat mencoba prens.. Berimajinasilah dengan ide-ide di sekitar kita..

Kalo kata Albert Einstein sih gini: Imagination is more importent than knowladge. Knowladge in limited, imagination encircle the word. Mungkin maksudnya gini; Imajinasi itu lebih berharga daripada ilmu pengetahuan. Ilmu pengetahuan itu terbatas, tapi imajinasi bisa menguasai dunia.
Kalo kata Squidword sih gini: Imajinasi itu seperti pelangi, penuh warna. :D

Next season kita bahas tentang diksi dan metafor. Don't miss it friends.. See ya.. *_^

Rusil (rusuhin Ilmu) - Pembahasan EYD - Bab III - Penulisan Kata

Oleh : Catz Link Tristan

Karena Emak lagi malas ngetik n mindahin isi buku EYD yang baru emak baca kalo lagi ngetik cerita maka emak copas aja dari yang Online.

Astaga, bahas EYD tapi pembukaannya kacau balau. #ampuni emak ini.

A. Kata Dasar

Kata yang berupa kata dasar ditulis sebagai satu kesatuan. Misalnya: Ibu percaya bahwa engkau tahu.Kantor pajak penuh sesak.Buku itu sangat tebal.

B. Kata Turunan
1. Imbuhan (awalan, sisipan, akhiran) ditulis serangkai dengan kata dasarnya.
Misalnya:
  • bergeletar
  • dikelola
  • penetapan
  • menengok
  • mempermainkan
2. Jika bentuk dasar berupa gabungan kata, awalan atau akhiran ditulis serangkai dengan kata yang langsung mengikuti atau mendahuluinya.
(Lihat juga keterangan tentang tanda hubung, Bab V, Pasal E, Ayat 5.)
Misalnya:
  • bertepuk tangan
  • garis bawahi
  • menganak sungai
  • sebar luaskan
3. Jika bentuk dasar yang berupa gabungan kata mendapat awalan dan akhiran sekaligus, unsur gabungan kata itu ditulis serangkai.
(Lihat juga keterangan tentang tanda hubung, Bab V, Pasal E, Ayat 5.)
Misalnya:
  • menggarisbawahi
  • menyebarluaskan
  • dilipatgandakan
  • penghancurleburan
4. Jika salah satu unsur gabungan kata hanya dipakai dalam kombinasi, gabungan kata itu ditulis serangkai.
Misalnya: adipati mahasiswa aerodinamika mancanegara antarkota multilateral anumerta narapidana audiogram nonkolaborasi awahama Pancasila bikarbonat panteisme biokimia paripurna caturtunggal poligami dasawarsa pramuniaga dekameter prasangka demoralisasi purnawirawan dwiwarna reinkarnasi ekawarna saptakrida ekstrakurikuler semiprofesional elektroteknik subseksi infrastruktur swadaya inkonvensional telepon introspeksi transmigrasi kolonialisme tritunggal kosponsor ultramodern Catatan:
(1) Jika bentuk terikat diikuti oleh kata yang huruf awalnya adalah huruf kapital, di antara kedua unsur itu dituliskan tanda hubung (-).
Misalnya:
  • non-Indonesia
  • pan-Afrikanisme
(2) Jika kata maha sebagai unsur gabungan diikuti oleh kata esa dan kata yang bukan kata dasar, gabungan itu ditulis terpisah.
Misalnya: Mudah-mudahan Tuhan Yang Maha Esa melindungi kita.Marilah kita bersyukur kepada Tuhan Yang Maha Pengasih
.
C. Kata Ulang
Bentuk ulang ditulis secara lengkap dengan menggunakan tanda hubung. Misalnya: anak-anak, buku-buku, kuda-kuda, mata-mata, hati-hati, undang-undang, biri-biri, kupu-kupu, kura-kura, laba-laba, sia-sia, gerak-gerik, huru-hara, lauk-pauk, mondar-mandir, ramah-tamah, sayur-mayur, centang-perenang, porak-poranda, tunggang-langgang, berjalan-jalan, dibesar-besarkan, menulis-nulis, terus-menerus, tukar-menukar, hulubalang-hulubalang, bumiputra-bumiputra

D. Gabungan Kata
1. Gabungan kata yang lazim disebut kata majemuk, termasuk istilah khusus, unsur-unsurnya ditulis terpisah.
Misalnya: duta besar, kambing hitam, kereta api cepat luar biasa, mata pelajaran, meja tulis, model linear, orang tua, persegi panjang, rumah sakit umum, simpang empat.
2. Gabungan kata, termasuk istilah khusus, yang mungkin menimbulkan kesalahan pengertian, dapat ditulis dengan tanda hubung untuk menegaskan pertalian di antara unsur yang bersangkutan.
Misalnya: alat pandang-dengar, anak-istri saya, buku sejarah-baru, mesin-hitung tangan, ibu-bapak kami, watt-jam, orang-tua
muda
3. Gabungan kata berikut ditulis serangkai.
Misalnya: acapkali, adakalanya, akhirulkalam, alhamdulillah, astagfirullah, bagaimana, barangkali, bilamana, bismillah, beasiswa, belasungkawa, bumiputra, daripada, darmabakti, darmasiswa, dukacita, halalbihalal, hulubalang, kacamata, kasatmata, kepada, keratabasa, kilometer, manakala, manasuka, mangkubumi, matahari, olahraga, padahal, paramasastra, peribahasa, puspawarna, radioaktif, sastramarga, saputangan, saripati, sebagaimana, sediakala, segitiga, sekalipun, silaturahmi, sukacita, sukarela, sukaria, syahbandar, titimangsa, wasalam

E. Kata Ganti ku, kau, mu, dan nya
Kata ganti ku dan kau ditulis serangkai dengan kata yang mengikutinya; ku, mu, dan nya ditulis serangkai dengan kata yang mendahuluinya. Misalnya: Apa yang kumiliki boleh kauambil.Bukuku, bukumu, dan bukunya tersimpan di perpustakaan.

F. Kata Depan di, ke, dan dari

Kata depan di, ke, dan dari ditulis terpisah dari kata yang mengikutinya kecuali di dalam gabungan kata yang sudah lazim dianggap sebagai satu kata seperti kepada dan daripada.
(Lihat juga Bab III, Pasal D, Ayat 3.)
Misalnya: Kain itu terletak di dalam lemari.Bermalam sajalah di sini.Di mana Siti sekarang?Mereka ada di rumah.Ia ikut terjun ke tengah kancah perjuangan.Ke mana saja ia selama ini?Kita perlu berpikir sepuluh tahun ke depan.Mari kita berangkat ke pasar.Saya pergi ke sana-sini mencarinya.Ia datang dari Surabaya kemarin. Catatan: Kata-kata yang dicetak miring di bawah ini ditulis serangkai.Si Amin lebih tua daripada si Ahmad.Kami percaya sepenuhnya kepadanya.Kesampingkan saja persoalan yang tidak penting itu.Ia masuk, lalu keluar lagi.Surat perintah itu dikeluarkan di Jakarta pada tanggal 11 Maret 1966.Bawa kemari gambar itu.Kemarikan buku itu.Semua orang terkemuka di desa itu hadir dalam kenduri itu.

G. Kata si dan sang

Kata si dan sang ditulis terpisah dari kata yang mengikutinya.
Misalnya:
Harimau itu marah sekali kepada sang Kancil.Surat itu dikirimkan kembali kepada si pengirim.

H. Partikel

1. Partikel -lah, -kah, dan -tah ditulis serangkai dengan kata yang mendahuluinya.
Misalnya: Bacalah buku itu baik-baik.Jakarta adalah ibu kota Republik Indonesia.Apakah yang tersirat dalam surat itu?Siapakah gerangan dia?Apatah gunanya bersedih hati?
2. Partikel pun ditulis terpisah dari kata yang mendahuluinya.
Misalnya: Apa pun yang dimakannya, ia tetap kurus.Hendak pulang pun sudah tak ada kendaraan.Jangan dua kali, satu kali pun engkau belum pernah datang ke rumahku.Jika ayah pergi, adik pun ingin pergi.

Catatan: Kelompok yang lazim dianggap padu, misalnya adapun, andaipun, ataupun, bagaimanapun, biarpun, kalaupun, kendatipun, maupun, meskipun, sekalipun, sungguhpun, walaupun ditulis serangkai. Misalnya: Adapun sebab-sebabnya belum diketahui.Bagaimanapun juga akan dicobanya menyelesaikan tugas itu.Baik para mahasiswa maupun mahasiswi ikut berdemonstrasi.Sekalipun belum memuaskan, hasil pekerjaannya dapat dijadikan pegangan.Walaupun miskin, ia selalu gembira.
3. Partikel per yang berarti 'mulai', 'demi', dan 'tiap' ditulis terpisah dari bagian kalimat yang mendahului atau mengikutinya.
Misalnya: Pegawai negeri mendapat kenaikan gaji per 1 April.Mereka masuk ke dalam ruangan satu per satu.Harga kain itu Rp2.000 per helai.

I. Singkatan dan Akronim

1. Singkatan ialah bentuk yang dipendekkan yang terdiri atas satu huruf atau lebih.
a. Singkatan nama orang, nama gelar, sapaan, jabatan atau pangkat diikuti dengan tanda titik.
Misalnya:


A.S. Kramawijaya Muh. Yamin Suman Hs. Sukanto S.A. M.B.A. master of business administration M.Sc. master of science S.E. sarjana ekonomi S.Kar. sarjana karawitan S.K.M. sarjana kesehatan masyarakat Bpk. bapak Sdr. saudara Kol. kolonel
b. Singkatan nama resmi lembaga pemerintah dan ketatanegaraan, badan atau organisasi, serta nama dokumen resmi yang terdiri atas huruf awal kata ditulis dengan huruf kapital dan tidak diikuti dengan tanda titik.
Misalnya:


DPR Dewan Perwakilan Rakyat PGRI Persatuan Guru Republik Indonesia GBHN Garis-Garis Besar Haluan Negara SMTP Sekolah Menengah Tingkat Pertama PT Perseroan Terbatas KTP Kartu Tanda Penduduk
c. Singkatan umum yang terdiri atas tiga huruf atau lebih diikuti satu tanda titik.
Misalnya:


dll. dan lain-lain dsb. dan sebagainya dst. dan seterusnya hlm. halaman sda. sama dengan atas Yth. (Sdr. Moh. Hasan) Yang terhormat (Sdr. Moh. Hasan)
Tetapi: a.n. atas nama d.a. dengan alamat u.b. untuk beliau u.p. untuk perhatian s.d. sampai dengan
d. Lambang kimia, singkatan satuan ukuran, takaran, timbangan, dan mata uang tidak diikuti tanda titik.
Misalnya:


Cu kuprum TNT trinitrotoluen cm sentimeter kVA kilovolt-ampere l liter kg kilogram Rp (5.000,00) (lima ribu) rupiah
2. Akronim ialah singkatan yang berupa gabungan huruf awal, gabungan suku kata, ataupun gabungan huruf dan suku kata dari deret kata yang diperlakukan sebagai kata.
a. Akronim nama diri yang berupa gabungan huruf awal dari deret kata ditulis seluruhnya dengan huruf kapital.
Misalnya:


ABRI Angkatan Bersenjata Republik Indonesia LAN Lembaga Administrasi Negara PASI Persatuan Atletik Seluruh Indonesia IKIP Institut Keguruan dan Ilmu Pendidikan SIM Surat Izin Mengemudi
b. Akronim nama diri yang berupa gabungan suku kata atau gabungan huruf dan suku kata dari deret kata ditulis dengan huruf awal huruf kapital.
Misalnya:


Akabri Akademi Angkatan Bersenjata Republik Indonesia Bappenas Badan Perencanaan Pembangunan Nasional Iwapi Ikatan Wanita Pengusaha Indonesia Kowani Kongres Wanita Indonesia Sespa Sekolah Staf Pimpinan Administrasi
c. Akronim yang bukan nama diri yang berupa gabungan huruf, suku kata, ataupun gabungan huruf dan suku kata dari deret kata seluruhnya ditulis dengan huruf kecil
Misalnya:


pemilu pemilihan umum radar radio detecting and ranging rapim rapat pimpinan rudal peluru kendali tilang bukti pelanggaran Catatan: Jika dianggap perlu membentuk akronim, hendaknya diperhatikan syarat-syarat berikut:
  1. Jumlah suku kata akronim jangan melebihi jumlah suku kata yang lazin pada kata Indonesia
  2. Akronim dibentuk dengan mengindahkan keserasian kombinasi vokal dan konsonan yang sesuai dengan pola kata Indonesia yang lazim.

J. Angka dan Lambang Bilangan

1. Angka dipakai untuk menyatakan lambang bilangan atau nomor. Di dalam tulisan lazim digunakan angka Arab atau angka Romawi.
Angka Arab  : ٠,١,٢,٣,٤,٥,٦,٧,٨,٩ Angka Romawi  : I, II, III, IV, V, VI, VII, VIII, IX, X, L (50), C (100), D (500), M (1.000)
Pemakaiannya diatur lebih lanjut dalam pasal-pasal yang berikut ini.
2. Angka digunakan untuk menyatakan:
(i) ukuran panjang, berat, luas, dan isi (ii) satuan waktu (iii) nilai uang, dan (iv) kuantitas

Misalnya: 0,5 sentimeter5 kilogram4 meter persegi10 liter 1 jam 20 menitpukul 15.00tahun 192817 Agustus 1945 Rp5.000,00US$3.50*$5.10*¥1002.000 rupiah 50 dolar Amerika10 paun Inggris100 yen10 persen27 orang
* tanda titik di sini merupakan tanda desimal.
3. Angka lazim dipakai untuk melambangkan nomor jalan, rumah, apartemen, atau kamar pada alamat.
Misalnya:
  • Jalan Tanah Abang I No. 15
  • Hotel Indonesia, Kamar 169
4. Angka digunakan juga untuk menomori bagian karangan dan ayat kitab suci.
Misalnya:
  • Bab X, Pasal 5, halaman 252
  • Surah Yasin: 9
5. Penulisan lambang bilangan yang dengan huruf dilakukan sebagai berikut:
a. Bilangan utuh
Misalnya:
dua belas
dua puluh dua
dua ratus dua puluh dua
12
22
222
b. Bilangan pecahan
Misalnya:
setengah
tiga perempat
seperenam belas
tiga dua pertiga
seperseratus
satu persen
satu dua persepuluh 1/2
3/4
1/16
3 2/3
1/100
1%
1,2
6. Penulisan lambang bilangan tingkat dapat dilakukan dengan cara yang berikut.
Misalnya:
  • Paku Buwono X
  • pada awal abad XX
  • dalam kehidupan pada abad ke-20 ini
  • lihat Bab II, Pasal 5
  • dalam bab ke-2 buku itu
  • di daerah tingkat II itu
  • di tingkat kedua gedung itu
  • di tingkat ke-2 itu
  • kantornya di tingkat II itu
7. Penulisan lambang bilangan yang mendapat akhiran -an mengikuti
Misalnya:

tahun '50-an
uang 5000-an
lima uang 1000-an

(tahun lima puluhan)
(uang lima ribuan)
(lima uang seribuan)
8. Lambang bilangan yang dapat dinyatakan dengan satu atau dua kata ditulis dengan huruf kecuali jika beberapa lambang bilangan dipakai secara berurutan, sperti dalam perincian dan pemaparan.
Misalnya: Amir menonton drama itu sampai tiga kali.Ayah memesan tiga ratus ekor ayam.Di antara 72 anggota yang hadir, 52 orang setuju, 15 orang tidak setuju, dan 5 orang memberikan suara blangko.Kendaraan yang ditempah untuk pengangkutan umum terdiri atas 50 bus, 100 helicak, 100
bemo.
9. Lambang bilangan pada awal kalimat ditulis dengan huruf. Jika perlu, susunan kalimat diubah sehingga bilangan yang tidak dapat dinyatakan dengan satu atau dua kata tidak terdapat pada awal kalimat.
Misalnya: Lima belas orang tewas dalam kecelakaan itu.Pak Darmo mengundang 250 orang tamu.

Bukan: 15 orang tewas dalam kecelakaan itu.Dua ratus lima puluh orang tamu diundang Pak Darmo.
10. Angka yang menunjukkan bilangan utuh yang besar dapat dieja sebagian supaya lebih mudah dibaca.
Misalnya: Perusahaan itu baru saja mendapat pinjaman 250 juta rupiah.Penduduk Indonesia berjumlah lebih dari 120 juta orang.
11. Bilangan tidak perlu ditulis dengan angka dan huruf sekaligus dalam teks kecuali di dalam dokumen resmi seperti akta dan kuitansi.
Misalnya: Kantor kami mempunya dua puluh orang pegawai.DI lemari itu tersimpan 805 buku dan majalah.

Bukan: Kantor kamu mempunyai 20 (dua puluh) orang pegawai.Di lemari itu tersimpan 805 (delapan ratus lima) buku dan majalah.
12. Jika bilangan dilambangkan dengan angka dan huruf, penulisannya harus tepat.
Misalnya: Saya lampirkan tanda terima uang sebesar Rp999,75 (sembilan ratus sembilan puluh sembilan dan tujuh puluh lima perseratus rupiah).Saya lampirkan tanda terima uang sebesar 999,75 (sembilan ratus sembilan puluh sembilan dan tujuh puluh lima perseratus) rupiah.