Friendship | Writing | Reading | Learning | Joking | Smiling | Laughing | Comfortable
Tentang Kami
Foto saya
Grup Cafe Rusuh merupakan suatu ruang lingkup tempat di mana para anggotanya bisa berbagi tentang segala hal. Kata "Rusuh" sendiri merupakan kependekan dari "Ruang suasana hati". Sebagai sebuah grup, Cafe Rusuh menjadi sebuah jembatan di mana persahabatan, kekeluargaan dan silaturahmi antara sesama anggotanya tetap terjaga. Selain itu, Cafe Rusuh juga memberikan kebebasan kepada para anggotanya untuk berbagi tentang segala hal seperti puisi, cerita, esai, tips-tips dan info-info yang bermanfaat bagi para anggotanya.

Minggu, 18 September 2011

Poetry Battle Cafe Rusuh : Musim Basah

Sinyo Manteman

sudah tiba rupanya
rerintik yang menumpang awan dari terminal langit utara
mereka jatuh di atap
di beranda
di tanah
di pucukpucuk rerumput

nadanya tunggal
tik tik tik tik tik
tanpa tak
tanpa tuk
tanpa tek
tanpa tok
cuma tik tik tik tik tik

aku suka menari sendiri
jingkat kakiku ikuti ketukannya
satusatu
sesekali menengadah
biar rerintiknya jatuh juga di wajahku
dan aku terpejam
merasakan basahnya

sekali waktu aku hanya berdiri di balik jendela
nadanya masih sama
tik tik tik tik tik

di tepi jendela mereka singgah
mengetuk kaca jendela pelanpelan
seperti denting piano yang tak pernah berubah
ketukannya masih tetap satusatu

dari terminal langit utara mereka datang
mengetuk kaca jendelaku
mengajakku berjingkat

Batavia, 180911



Fannie Faiga 

subuh kemarin
9 potong baju menyatu dengan detergent
siang kemarin
hujan melebat,
balkon asramaku sudah basah basah basah

dan cucianku basah semuaaaaaa

huhuhuhuhuhu :(( pagi ini air mataku pun mengalir basah basah dan basah lagiii, karena aku harus mencuci lagi :((



Arel Bae

Setelah menanti, akhirnya kau kembali
kembali memberi rerintik setelah berharihari hanya terik
menyambung juta waktu yg berlalu bersama keluhan campur harapan
"Langit, mendunglah....
Basahlah"....
...



Riu-kun Xentra 

Dadaku meletupletup menunggu
Dirimu
Meski titik-titik air
Menghujani tubuhku
Meski udara dingin
Membalutku

Kemana dirimu pergi?
Kenapa tak hinggapi aku yang masih menyendiri?



'rea' Harbowoputra

Aku suka air
Air dari langit
Langit yang kelabu

Kelabu itu gelap
Gelap, kata Mama
Mama bilang begitu

Begitu air turun
Turun hujan jadinya
Jadinya senang Aku



Karina Riesling de Silva 

Byur byur byur
Tes tes tes

Payungku menadah
tangis langit yang mengguyur
tubuhmu
Semoga juga bisa menadah
tangismu yang menetes
dari matamu



Sinta Latuhari 

Aku
Butuh
Basah!
Sialnya, tak setetes pun air menitik dari awan



Catz Link Tristan 

Di aspal panas corak mulai terbentuk
Dari titik kecil jadilah penuh
Mobil masih melaju pada jalan yang kau ketuk
Kaca berdebu mereka pun kau basuh

Anak-anak berteriak riuh
Menengadah peluk kalian dalam tawa cerah
Orang tua menghardik marah
Hindari kalian, kembangkan payung dan tarik bocah

Lupalah orang tua pada ceria kala mereka menari bersamamu
Bersenda gurau walau badan telah basah kuyup
Pantaslah kalian malas datang bertamu
Juga alasan kenapa hubungan kita jadi tertutup



Utami Panca Dewi 

Garis-garis arsir turun dari langit
semua bersijingkat mencari tempat berteduh
lelaki kecil bergerak di tengah arena
bak penari...
setumpuk koran sebagai property
disambanginya satu persatu
pintu APV, Soluna dan Honda Jazz
berharap ada yang laku
meskipun satu
garis arsir semakin tebal
lampu yang merah menjadi hijau
lelaki kecil tetap menari
meski
decit roda mobil yang mencumbu aspal...
telah menghantar seliter genangan air
tepat pada setumpuk koran dalam dekapannya.



Amy Tan 

Jatuh satu-satu di atas telaga
Benturannya mencipta riak
Telaga tempatmu bersinggah
Kulihat kuntum sakura di setiap jatuhnya
Ah!..aku terlena oleh rinaimu
Musim basah selalu membawamu padaku

Bias sakura di telaga
Suatu senja di September



Cahya Furi Purnama 

Lalu,
Tarian hujan pun terhenti
Sirna seiring sembab yang tercipta dari ujung mata
Terhilang, kuasa sang jemari takdir

Aku termangu,
Tergagap jejak ruap rintih tanah basah
Dari balik rona yang terseka
Berbisik kata tercipta sesisa sunyi

Patahan silam bukan sesal kupertanyakan
namun engkau tak hanya sebuah ingatan taman hati
Bahagiamu, adalah kata terindah untukku meski gerimis masih bersamaku.



Dina Taz Mardiana 

air berkelabu dengan alam, berbisik menyiangi sang waktu.dari rerupa rintik sampai menggulung bersatu dengan lumpur, bercanda dengan tanah yang menangis karena serakah.

kubawa sampah menggenangi hatimu dalam resah, nanar kulihat alirannya melahap penuh kemenangan, bersinergi dengan pupusnya harapan.

engkau,
satu musim yang kunanti rerintiknya
bukan bencananya





Alfian N. Budiarto 

september rain,
saat kau dan aku bersama
dalam dingin gerimis yang tercipta
ditemani secangkir kopi panas di berandamu
gemericik hujan mengisi kekosongan kita
sesaat setelah kau ucapkan cinta

september rain,
aku masih terpaku di tepian jendela
menatap burung kebasahan
berselimut daun-daun cemara
mengingat adegan kita berpayung di taman kota
tetap basah terguyur hujan

september rain,
musim tetap bersenandung basah
dan aku tetap berpayung
bukan di berandamu
atau di taman kota
aku berpayung di pemakamanmu
masih di bulan september

18.09.2011



Agus Suprianto

musim kering yang basah
hujan dari bukit bebatuan tanah melukis tawa kita
lalu mengalir bersama kumpulan rerintik
yang lebih dulu menemukan jati diri

pada dua belas jam setengah basah itu
kita berjalan dalam kuyup, setelahnya

Tidak ada komentar:

Posting Komentar