Friendship | Writing | Reading | Learning | Joking | Smiling | Laughing | Comfortable
Tentang Kami
Foto saya
Grup Cafe Rusuh merupakan suatu ruang lingkup tempat di mana para anggotanya bisa berbagi tentang segala hal. Kata "Rusuh" sendiri merupakan kependekan dari "Ruang suasana hati". Sebagai sebuah grup, Cafe Rusuh menjadi sebuah jembatan di mana persahabatan, kekeluargaan dan silaturahmi antara sesama anggotanya tetap terjaga. Selain itu, Cafe Rusuh juga memberikan kebebasan kepada para anggotanya untuk berbagi tentang segala hal seperti puisi, cerita, esai, tips-tips dan info-info yang bermanfaat bagi para anggotanya.

Selasa, 10 Mei 2011

Battle Poems Tema Pesan






Lily Zhang

kutermangu...
dalam diam menatap
dalam tenang kucoba beriak
dalam tatap kupasrahkan

kau berombak...
tak mampu kugapai
tak terjangkau kuberiak
dan kuserahkan pada takdir

namun takdir tak memihakku
goresan tertulis...
dalam kotak kaca kuhanyutkan
rasa yang tak tersampaikan



Ai Reen

kau lihat, disana kubenamkan sebuah pesan
kelak mungkin larut di bawah senarai gerimis, di bulan merah jambu yang entah kesekian masa

aku luruh penuh pada pangkuan waktu, bernafas aku akan tetap mengenang - tentangmu, tentang kita , meski kenangan hanyalah selembar catatan yang rendam dalam sejarah.
begitu bening, aan tetap bercerita meski tak pernah tersiar kesegala penjuru bumi.

o, kali ini...telah kau titipkan nafas kesucian dari yang terbiar. kita satu, meski tak menemu aku adalah kau, senyawa dari rahim hujan, tanah basah dan gugus barisan tujuh warna yang membisa di ujung mata (itu janji, tanda aku telah berdamai denganmu dalam sebuah rekonsiliasi perempuan yang terlambat)

kelak, jika waktu hidup menjanjikan kesempatan, ku tunggu kau di persimpangan yang sama, sekalipun di nirwana

....dan dari rahimku, terlahirlah selembar pesan reinkarnasi dalam sebuah cinta... dan pengampunan

: pesan kehidupan

bandung, 09.05.2011



Sinyo Manteman

‎: teruntuk hujan

sudah kutuliskan segala hal tentangmu dalam sebuah jurnal usang dan menyimpannya ketika musim mulai membuat daundaun berwarna hijau. pada malam, kutemukan percik yang berjingkat di matamu. aku menamainya bulirbulir pereda untuk sebuah sakit rindu semusim lalu; kau tak sekedar terbias pada cermin.

aku pun lelap dalam deja vu biru. kau masih berjingkat sejauh malam melarut, entah selarut apa. ah, aku terlalu lelah menggelandang rindu ini untuk sebuah mimpi yang lain. hingga pagi tiba, masih kutemui sisa percikmu berjingkat lirih.

barangkali tak seutuhnya jurnal usang itu tersimpan. barangkali juga ada lembarannya yang terpisah, entah hilang atau sengaja kau bawa pulang untuk dijadikan ingatan akan sebuah kisah tentang hujan, tentang aku, juga tentang kau. maka bawalah lembaran itu dalam hidupmu. nanti, jika kau bosan, hanyutkan saja di riak samudera. di bibir pantai ini aku menunggunya terdampar.

teruntuk hujan, tak pernah habis kutulis tentangmu dalam jurnal usangku, pun selalu ada lembaran yang singgah di berandamu.

Batavia, 090511



Ernando Wiranata Lingga

kugoreskan tinta membentuk kata,
tersusun rapi dan penuh warna
kumasukan satu persatu cerita ke dalam jurnal itu
ku posting tiap cerita agar selalu dikenang
ku urutkan setiap kesedihan dan keceriaan kita
semoga selalu mendapatkan profit untuk kebahagiaan kita
itulah laporan percintaan kita yang lalu
yang tertanam didalam samudra agar asinnya dunia bisa menghapus kesedihan yang lalu
dan biarkan asin itu membimbing menuju kedewasaan.



Dhini Aprilio

pada hari ku terduduk di situ,
di sudut rumahmu
dengan secangkir teh dan madu penawar rindu
kau ajak aku bercengkrama, tentang ini itu
pun kau tak tahu tentang isi kepala yang menggugu

hingga sajian cangkir ke tiga kuhirup perlahan dan syahdu
lidahku masih saja kelu dan membiru
lonceng usai waktu singgahku semakin bertalutalu
kau tak pernah tahu maksud hatiku
hanya sebaris larik yang kuselipkan di tanganmu
pada selembar kisah yang terbaca oleh ibumu..



Catz Link Tristan

gadis bodoh! Untuk apa kau titipkan rindu pada selembar kertas? Nyatakan cinta pada udara yang kau simpan. Titip ikatkan nyanyian harapan sebelum kau menutup diriku.

Setiap pagi menjelang kau menatapku seakan aku hartakarun terbesar di dunia. Padahal aku bahkan baru seukuran ibu jarimu.

Gemercik air ketika air menyapu. Pesanmu, bawalah rindumu yang sia-sia. Kabarkan pada dunia akan cintamu yang terpendam serta harapan tanpa kunjung ada titik cerah.

Dan aku pun hanyut mengarungi derasnya lautan biru.



Cahya Furi Purnama

Ada yang tertinggal pada sudut mati
lembaran lusuh bertulis sebaris harapan
yang kepadanya melekat titik hitam sebuah sesal
dari daun yang mengering lalu berguguran
meninggalkan induk pohon kehidupan
terapung pada semesta biru dua sisi lautan mimpi
ikuti arus kemana bumi akan pergi
ruang tak bertuan

: hanya bisa menunggu orang sepertiku, kemudian mengambilnya sambil berlalu

Tidak ada komentar:

Posting Komentar