Friendship | Writing | Reading | Learning | Joking | Smiling | Laughing | Comfortable
Tentang Kami
Foto saya
Grup Cafe Rusuh merupakan suatu ruang lingkup tempat di mana para anggotanya bisa berbagi tentang segala hal. Kata "Rusuh" sendiri merupakan kependekan dari "Ruang suasana hati". Sebagai sebuah grup, Cafe Rusuh menjadi sebuah jembatan di mana persahabatan, kekeluargaan dan silaturahmi antara sesama anggotanya tetap terjaga. Selain itu, Cafe Rusuh juga memberikan kebebasan kepada para anggotanya untuk berbagi tentang segala hal seperti puisi, cerita, esai, tips-tips dan info-info yang bermanfaat bagi para anggotanya.

Sabtu, 07 Mei 2011

Battle Poems Tema Alone


Ai Reen 

ini aku, inilah aku. dalam sebuah antologi hati entah darimana kata terantai menjadi sebaris kalimat yang begitu bisu. o, aku masih disini tergugu duduk terdiam...

sendiri, dalam sebuah elegi, meski bukan pada waktu aku bertaruh! bukan pada kelabu aku mengaduh gaduh menjatuhkan beribu luka. selayaknya hanya sebuah dejavu, padanya aku menjadi bayang remang

: gamang



Lily Zhang 

aq tepekur memandangi meja yang sedari tadi membisu, kulunglaikan tanganku namun tak terprotes, diam, hening, tiada yang berada disisiku meramaikan jiwaku, hingga gundahku ini pergi... aku sendiri sahaja... sudahlah... ternyata aku memang harus berkhayal layang...


Nandi Ari
Tak lelah ku mencinta kesunyian
Pula duduk disini tanpa alasan
Hanya gelap mendera hati yang suram
Yang ku pahami, jiwaku telah lama pergi tanpa pamit

:dingin



Sinyo Manteman

 
ia bahkan hampir tak mengenali dirinya sendiri
barangkali hampa di pikiran membuatnya lupa
dilayangkan pula segala ingatannya
terbiar mengawang entah kemana
ia hanya tahu jantungnya masih berdetak
pun sudah terbatabata mengeja hidup

pada hari ia terduduk di sana
sekelumit lamunan membawanya pulang



Dina Taz Mardiana 
 


Bercanda dengan hening, seumpama simfoni yang terus menarinari di penjuru otakku dengan iringan nada tanpa suara.

:aku membisu



Catz Link Tristan
 
Menunggu pembeli

Pukul duabelas malam, lelah telah berganti lelap
Namun aku baru saja memulai hari
Tigas gelas vodka satu bungkus racun tembakau temani ku menanti
Tapi bagaimana aku bisa mendulang rupiah bila aku duduk dan terus termenung. 


Cahya Furi Purnama 


Malam ini ia kembali menatap langit, seraya menanti bintang yang lagi-lagi temaram dibalik awan yang menyelimuti harap dengan segala entah. Genap dua belas purnama ia menanti dalam sendiri, hanya berteman angin sepi yang sudah mulai bosan berseri. Hanya asap putih dari bara tembakau yang bisa membuatnya tersenyum, ia berkata “ini membuat ku mengerti akan sosok sang bintang, karena akan membunuhku secara perlahan”.


Afrilia Utami 

dalam lipatan diri dan kau bahasa bisuku.
menafsirkan artefak kelabu, menyelinap rasa sepi
ruh kecilku tak bertubuh, sembunyi di sesisa ruang mimpi
dari sejengkal sunyi yang bersitatap dalam ilusi..

2 komentar: