Friendship | Writing | Reading | Learning | Joking | Smiling | Laughing | Comfortable
Tentang Kami
Foto saya
Grup Cafe Rusuh merupakan suatu ruang lingkup tempat di mana para anggotanya bisa berbagi tentang segala hal. Kata "Rusuh" sendiri merupakan kependekan dari "Ruang suasana hati". Sebagai sebuah grup, Cafe Rusuh menjadi sebuah jembatan di mana persahabatan, kekeluargaan dan silaturahmi antara sesama anggotanya tetap terjaga. Selain itu, Cafe Rusuh juga memberikan kebebasan kepada para anggotanya untuk berbagi tentang segala hal seperti puisi, cerita, esai, tips-tips dan info-info yang bermanfaat bagi para anggotanya.

Minggu, 29 Mei 2011

UPIL (Urusan rumPi ILmu) Puisi dengan Gayamu Season II: Diksi dan Metafor

“Hai teman-teman jagalah kesehatan, jangan lupa gosok gigi dengan komodo” #swing…swing…swing… ditimpugin botol… :D
Sori mori dori mangap-mangap prens, agak telat materinya coz kemaren ada acara dadakan nganterin emak puter-puter mol… :D

So, malem ini saia mau sharing-sharing tentang diksi dan metafor.
Apa itu diksi? Apa itu metafor? Nah, ntar saia coba bahas satu-satu yak.
Puisi itu kan salah satu karya sastra yang ringkas dan kaya makna. Pada dasarnya ga ada tips khusus nulis puisi karena puisi itu pantun bebas dan tidak ada aturan khusus yang mengawal penulisan tersebut. Tapi, kita bisa nemuin tips-tips dengan mengenal unsur-unsur penulisan puisi.

Puisi sendiri merupakan ungkapan rasa dan pikiran penulisnya tentang berbagai hal, baik tentang dirinya sendiri, orang lain atau sekitar. Puisi punya ciri khas sendiri niy prens, terdiri dari bangun yang berupa bait dan gabungan larik-larik dari ungkapan penyair. Pada umumnya larik-larik itu sangat pendek, tapi seiring berkembangnya puisi, banyak juga yang menuliskannya dalam bentuk prosa liris.

Ada dua unsur luar pembuatan puisi:
  1. Diksi
  2. Metafor
Nah prens, kita kulik satu-satu nyok tentang diksi dan metafor ini...

1. Diksi
Diksi dalam arti aslinya dan pertama, merujuk pada pemilihan kata dan gaya ekspresi oleh penulis atau pembicara. Kalo dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, diksi adalah pilihan kata yg tepat dan selaras (dl penggunaannya) untuk mengungkapkan gagasan sehingga diperoleh efek tertentu (spt yg diharapkan).
Nah, dari pernyataan itu, kita bisa ngeliat prens kalo penguasaan kata seseorang akan mempengaruhi kegiatan berbahasanya, termasuk saat yang bersangkutan membuat karangan.

Setiap kata memiliki makna tertentu untuk membuat gagasan yang ada dalam benak seseorang. Bahkan makna kata bisa saja “diubah” saat digunakan dalam kalimat yang berbeda. Hal ini mengisyaratkan bahwa makna kata yang sebenarnya akan diketahui saat digunakan dalam kalimat, prens. Lebih dari itu, bisa saja menimbulkan dampak atau reaksi yang berbeda jika digunakan dalam kalimat yang berbeda. Berdasarkan hal itu dapat dikatakan bahwa diksi memegang tema penting sebagai alat untuk mengungkapkan gagasan dengan mengharapkan efek agar sesuai.

Plilihan kata atau diksi mencakup pengertia kata-kata mana yang harus dipakai untuk mencapai suatu gagasan, bagaimana membentuk pengelompokan kata-kata yang tepat atau menggunakan ungkapan–ungkapan dan gaya mana yang paling baik digunakan dalam suatu situasi. Pilihan kata atau diksi adalah kemampuan membedakan secara tepat nuansa–nuansa makna dari gagasan yang ingin disampaikan dan kemampuan untuk menemukan bentuk yang sesuai (cocok) dengan situasi dan nilai rasa yang dimiliki kelompok masyarakat pendengar.

Pilihan kata yang tepat dan sesuai hanya dimungkinkan oleh penguasa sejumlah besar kosakata atau perbendaharaan kata bahasa itu. Sedangkan yang dimaksud pembendaharaan kata atau kosakata suatu bahasa adalah keseluruhan kata yang dimiliki suatu bahasa. Dalam hal ini ada dua macam istilah prens...

1. Istilah umum adalah istilah yang berasal dari bidang tertentu, yang karena dipakai secara luas, menjadi unsur kosakata umum, misalnya:
- anggaran belanja
- daya
- nikah
- penilaian
- radio
- takwa

2. Istilah khusus adalah istilah yang maknanya terbatas pada bidang tertentu saja, misalnya:
- apendektomi
- bipatride
- kurtosis
- pleistosen

Sementara itu, ada yang namanya bahasa baku ( kata baku ). Nah, bahasa baku itu adalah bahasa atau kata yang mengikuti ragam atau kaidah yang telah ditentukan atau telah dilazimkan berdasarkan ejaan yang telah disempurnakan.
Fungsi bahasa baku adalah:
1. Fungsi pemersatu
2. Fungsi pemberi kekhasan
3. Fungsi pembawa kewibawaan
4. Fungsi sebagai kerangka acuan

Ciri-ciri bahasa baku:
1. Kemantapan dinamis
2. Kecendikiaan
3. Keragaman kaidah

Penggunaan bahasa baku:
1. Alat komunikasi resmi, seperti dalam upacara kenegaraan, rapat dinas, administrasi pemerintahan, surat-menyurat resmi, perundang-undangan, dan sebagainya.
2. Sebagai bahasa pengantar dalam bidang pendidikan dan pengajaran.
3. Bahasa dalam wacana teknis, seperti laporan kegiatan, laporan penelitian, usulan proyek, karangan ilmiah, lamaran pekerjaan, seminar ilmiah, makalah ilmiah, artikel/karangan tentang sesuatu ilmu yang ditulis dalam majalah atau buku, dan sebagainya.
4. Alat pembicaraan dengan orang-orang yang patut dihormati dan/atau orang-orang yang belum atau baru saja dikenal.

Contoh:
> KATA TIDAK BAKU
   - konsekwensi
   - sistim
   - praktek
   - apotik
   - nasehat
   - hakekat
   - ijasah
   - menejemen
   - jadual
   - bis
   - diagnosa
   - gubug

> KATA BAKU
   - konsekuensi
   - sistem
   - praktik
   - apotek
   - nasihat
   - hakikat
   - ijazah
   - manajemen
   - jadwal
   - bus
   - diagnosis
   - gubuk



2. Matafor
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, metafor adalah  pemakaian kata atau kelompok kata bukan dng arti yg sebenarnya, melainkan sbg lukisan yg berdasarkan persamaan atau perbandingan.

Bahasa mempunyai unsur leksikal tertentu prens untuk mengungkapkan emosi. Dalam bahasa
Indonesia misalnya, selain kata marah ditemukan sejumlah unsur leksikal untuk menyatakan
konsep MARAH. Kata marah ini mempunyai makna merasa (atau rasa hati) sangat tidak senang
(krn dihina, diperlakukan tidak sepantasnya, dsb); berang; gusar . Kata-kata lainnya meliputi
berang, gusar, geram, gemas, murka, gondok, mengkal, jengkel, dongkol, sewot, solot, sebal, kesal, uring-uringan, merah padam, dan rampang. Nah, leksikal sendiri adalah makna yang tetap tidak berubah-ubah sesuai dengan makna yang ada di kamus.

Banyak kajian-kajian terhadap metafora sebagai gaya bahasa, sebagaimana disampaikan, prens... Tapi pada umumnya menggunakan pendekatan yang didasarkan pada dua pandangan yang berbeda.

> Pendekatan pertama didasarkan pada pandangan klasik (Classical View) terhadap metafora. Pandangan klasik ini muncul sejak beredarnya tulisan Aristoteles (384-322 SM) tentang metafora. Aristoteles memandang metafora sebagai satu jenis hiasan tambahan pada penggunaan bahasa dalam kehidupan sehari-hari. Metafora dianggap sebagai alat retorik yang hanya digunakan pada saat-saat tertentu untuk mencapai efek tertentu pula. Wujudnya menyimpang dari bahasa yang dianggap masyarakat sebagai bahasa yang normal, prens... Oleh karena itu, setiap pendengar menangkap ujaran metafora, ia akan menangkapnya sebagai bentuk ujaran yang aneh (anomalous) sehingga ia harus berusaha sedemikian rupa untuk dapat merekonstruksi makna apa sebenarnya yang terkandung dalam ujaran aneh itu.

> Pendekatan kedua didasarkan pada pandangan romantik (Romantic View). Kemunculannya terjadi sekitar abad 18-19 Masehi, prens... Aliran ini memandang metafora sangat berbeda dengan pandangan sebelumnya. Dalam pandangan romantik, metafora merupakan wujud integral dari bahasa dan pikiran sebagai sebuah cara pencarian pengalaman. Sebuah bentuk metafora dipandang tidak hanya sebagai refleksi dari bagaimana penuturnya menggunakan bahasa, tetapi juga sebagai refleksi dari bagaimana pikiran-pikiran penuturnya.
Lebih dari itu, sebagaimana yang disampaikan Freeborn (1996:63) bahwa George Lokaff dan Mark Johnson, sebagai penganut pandangan romantik, mengakui metafora bukanlah sekedar alat imajinasi puitik dan hiasan retorik semata, tetapi meresap dalam kehidupan sehari-hari, bukan sekedar ada dalam bahasa, namun menyatu dalam pikiran dan tindakan. Melalui metafora yang digunakan, seseorang dapat diketahui pikiran dan perbuatannya. Metafora mencerminkan siapa dan bagaimana pemakainya.

Pengertian Metafora
Mengemukakan bahwa metafora berasal dari kata meta dan phoreo yang berarti bertukar nama atau perumpamaan. Metafora adalah majas perbandingan langsung, yaitu membandingkan sesuatu secara langsung terhadap penggantinya. Untuk memperjelas pengertian yang diajukannya, sebagai contoh:

(1) Sang ratu malam telah muncul di ufuk timur
(2) Jantung hatinya hilang tanpa berita




Ungkapan ratu malam pada kalimat pertama berarti bulan sedangkan ungkapan jantung hati pada kalimat kedua berarti kekasih. Jadi, bulan secara langsung dibandingkan dengan ratu malam atau ratu pada malam hari, sedangkan kekasih secara langsung dibandingkan dengan jantung dan hati.
Apa yang dimaksud dengan perbandingan langsung pada pengertian yang diajukan di atas, dapat dipahami dengan jelas melalui pengertian metafora. Dalam bukunya yang berjudul Teori dan Apresiasi Puisi (Waluyo), menyatakan bahwa metafora adalah kiasan langsung, artinya benda yang dikiaskan itu tidak disebutkan. Metafora itu langsung berupa kiasan. Sebagai contoh klasik, yaitu litah darat, bunga bangsa, kambing hitam, bunga sedap malam, dan sebagainya. Contoh-contoh yang dipaparkan ini dikatakannya sebagai metafora konvensional, yaitu metafora yang sudah lazim.

Dalam puisi-puisi modern, banyak dijumpai metafora yang tidak konvensional sebagai hasil upaya kreatif penyair. Jenis metafora ini bersifat original. Ia hanya dimiliki oleh penyairnya. Sebagai contoh, Waluyo menyajikan petikan puisi karya Rendra yang berjudul Surat Cinta sebagai berikut.


Engkaulah Putri Duyung

Tawananku

Putri Duyung dengan suara merdu

Lembut bagai angin laut

Mendesahlah bagiku

Dalam penggalan puisi ini, Rendra mengiaskan kekasihnya sebagai putri duyung. Putri duyung merupakan metafora yang tidak lazim dikenal masyarakat sehingga disebut sebagai metafora yang tidak konvensional. Metafora ini hasil proses kreatif Rendra dalam menciptakan puisi. Putri duyung sebagai metafora hanya ada dalam puisi Rendra. Sebagai penyair yang kreatif, Rendra enggan menggunakan ungkapan seperti bunga desa, belahan jiwa, jantung hati, ataupun ungkapan-ungkapan lain yang sudah ada sebelumnya.

Nah pren, kira-kira begitu tentang diksi dan metafor. Memang, puisi tidak harus mengacu pada dua penjabaran di atas, karena seperti yang saia tulis tadi di atas bahwa puisi adalah ungkapan perasaan dan pikiran seorang penulis... So, ada yang bilang begini:

"Perhatikan teori aturan-aturan dalam menulis, lalu lupakanlah saat kita menulis sesuatu..."

Oke... saia kira begitu untuk hari ini. Next week kita bahas sesi ketiga tentang unsur dalam puisi dan majas yak... Mudahan ga ada halangan lagi... See you next week prens... Keep writing yak... :))

Sumber:
- Kamus Besar Bahasa Indonesia
- Teori dan Apresiasi Puisi (Waluyo)
- Puisi Surat Cinta (Rendra)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar