Rintihan Pertiwi kian menyayat hati
dentuman sirine lara menjadi penghias telinga
entah itu karena bencana
entah itu karena diam
atas sebuah frase ”Merdeka dalam kepura-puraan”
Tubuhku selalu berputar
sembari mulutku bergumam ”Andainya Pertiwiku bisa”
bisa menjadi pijakan untuk insan kuat
bisa menjadi tumpuan untuk insan yang lemah
namun, tatkala imajiku bergerak keluar dari sebuah fatamorgana
aku bungkam
bungkam atas berbagai ketidakadilan
bungkam atas berbagai ketidakberpihakan
oh aku salah...ternyata ada keberpihakan
tapi ternyata hanya untuk insan kuat
Aku tahu, Pertiwiku menangis
menjatuhkan bulir airmata di pipi kiri dan kanannya
aku berbisik ”Jangan Menangis Lagi Pertiwiku”
dibalik ketidakadilan yang kamu lihat
dibalik ketidakberpihakan yang kamu dengar
ada insan lemah namun kuat
kuat bertahan atas penindasan
bukan hanya diam tak bergeming
Layaknya dua sisi mata uang
Ada kiri, ada kanan
ada penjilat, ada pemberontak
pemberontak atas kemunafikan
pemberontak atas keonaran terselubung
pemberontak atas kebiadaban
pemberontak ini akan selalu menyeka air mata Pertiwiku
jadi, jangan menangis lagi Pertiwiku
Tidak ada komentar:
Posting Komentar