by Zday Abiyasa
/1/ Dunia yang Lekang
dongeng satu malam tentang diskriminasi moral
anomali kekalahan meniti waktu
runcing permasalahan dihadapi dengan akal
inti sari agama menu sayur mayur beku
mata melepas kesadaran. dengan akal yang bertolak belakang
antara fungsi yang sudah terkontaminasi
terus meresap dan tumbuh diseantero dunia
agama berubah ladang permainan yang tak terkendali
pujangga politik baru cendekiawan malang sekiranya banyak
energi terbuang menambah daftar kesesatan
gulana gelap
"untuk apa jadi gulma?"
nonsen belaka -zaman sudah lekang
urusan dunia menjadi urgent
nafsu adalah senjata
gemuruh petir menyambarnya
aku melihat dengan mata kepala: saksi bisu tetapi!
nanar pencapaian dunia 'kan musnah jua
laga panggung lebar nan luas ini hanyalah sandiwarasandiwara glamour menyusun rencana
anggap hidup sekali
walaupun korbankan kehidupan yang akan datang
anomali kekalahan meniti waktu
runcing permasalahan dihadapi dengan akal
inti sari agama menu sayur mayur beku
mata melepas kesadaran. dengan akal yang bertolak belakang
antara fungsi yang sudah terkontaminasi
terus meresap dan tumbuh diseantero dunia
agama berubah ladang permainan yang tak terkendali
pujangga politik baru cendekiawan malang sekiranya banyak
energi terbuang menambah daftar kesesatan
gulana gelap
"untuk apa jadi gulma?"
nonsen belaka -zaman sudah lekang
urusan dunia menjadi urgent
nafsu adalah senjata
gemuruh petir menyambarnya
aku melihat dengan mata kepala: saksi bisu tetapi!
nanar pencapaian dunia 'kan musnah jua
laga panggung lebar nan luas ini hanyalah sandiwarasandiwara glamour menyusun rencana
anggap hidup sekali
walaupun korbankan kehidupan yang akan datang
undangundang atau hukum agama sebagai topeng untuk menutupi keserakahan manusia sendiri.
"dasar manusia cerdik!"
"dasar manusia cerdik!"
/2/Ketika Indonesia Bangkit Kembali
ketika barabara api perlahanlahan menelan bumi
kita tidak masih diam disini menunggu senja
ketika luka masih terbalut
tak perlulah takut
darah mengering beku menyala melahap peristiwa pilu
walaupun terombangambing
kita masih bercanda
masih bisa melihat sekeliling
juga bersuara dan berdoa
tak kan lebih peduli
aku mau padamkan barabara api
agar tak menghanguskan hati
mungkin juga harum melati menyertainya
tatkala tiada darah yang meleleh dari tubuh kita
masih tersisa berjuta pertanyaan dalam lubang kepala
bergelimpangan ribuan nyawa
mati..
serentak semua terjadi disini
ketika tanah ini bangkit kembali
kita tidak masih diam disini menunggu senja
ketika luka masih terbalut
tak perlulah takut
darah mengering beku menyala melahap peristiwa pilu
walaupun terombangambing
kita masih bercanda
masih bisa melihat sekeliling
juga bersuara dan berdoa
tak kan lebih peduli
aku mau padamkan barabara api
agar tak menghanguskan hati
mungkin juga harum melati menyertainya
tatkala tiada darah yang meleleh dari tubuh kita
masih tersisa berjuta pertanyaan dalam lubang kepala
bergelimpangan ribuan nyawa
mati..
serentak semua terjadi disini
ketika tanah ini bangkit kembali
/3/ Kita adalah Harapan
layang raga melayang
ingin terbang bumiku sayang
gerbang beterbangan
debudebu hitam
tenggelam langit mulai tenggelam
kikis
habis kikis tanahtanah
gempal
janganlah berpandang mencurigakan
keegoisan melupa daratan
- lawan
janganlah menghilang
kita adalah harapan
bumi retak
langit gemeratak
ingin terbang bumiku sayang
gerbang beterbangan
debudebu hitam
tenggelam langit mulai tenggelam
kikis
habis kikis tanahtanah
gempal
janganlah berpandang mencurigakan
keegoisan melupa daratan
- lawan
janganlah menghilang
kita adalah harapan
bumi retak
langit gemeratak
Tidak ada komentar:
Posting Komentar