by Kawako Tami
Salam Ibu,
Bumi yang menjadi rahim 200 juta dari kami..
Bu..
Apakah dera bagi anak yang durhaka?
Mencuri dari belanga ibunya..
Menjarah pusaka rumahnya..
Menandas hingga perut ibunya..
Tidak kami tahu, Bu, batas dosa kaki dan tangan ini
Tidak kami kira, Bu, hingga tersengal napasmu
dan jerit anak cucu kami..
Kami tak berhenti..
Bu..
Apakah dera bagi saudara,
yang menari di atas bangkai saudaranya?
Merebut pelangi masa kecil anak mereka
Merampas kehormatan istri-istri mereka
Menutup keran kehidupan mereka
Tidak kami rasa, Bu, keputusasaan mereka
Tidak kami dengar, Bu, hingga satu demi satu bertinggal nama
dan berlagu tawa di atas nisan mereka
Kami tak peduli
Ah.. Ibu..
Jangan kutuk kami jadi batu!
Meski kami putra putrimu
hanya malin-malin dalam rupa baru
Meminum darah dan air matamu
Bersantap bangkai putra-putrimu
Bu, jangan lempar sumpah serapahmu!
Karena kutulis surat ini, Bu..
Jikalau ada sekeping maafmu..
Jikalau waktu mau menunggu.. sadarku..
Dengan cinta yang terkubur dan tak lagi terlihat
ttd
Kami anak-anakmu, maling dalam rumahmu
Tidak ada komentar:
Posting Komentar