Terpaku pada pesonamu, suatu pagi di tengah jejalan tamu
Kabut serbu tangkuban perahu
Meluruh baur penuh hiruk pikuk
Cumbuan hawa dingin menusuk, tak lagi merasuk
Walau gigil menyelusup tulang rusuk
Terkapar pada pana
Lukisan alam nyata di hamparan mata
Pepohonaan basah walau tak terbasuh air hujan
Jalan berbaatu menohok rindu
Yang membatun hingga pucuk gurun
Berkelok menurun bak lekuk tarian eksotis
Kala langkah menapaki indahnya kawah Domas
Yang menyisakan lahar panas
Nyanyian alam terlantun dari petik dawai gitar
Para pemuja alam duduk di tepian pembatas
Menikmati keelokan sang ratu yang anggun mengukir senyum
Angkuh namun mengundang decak kagum
Terhantar tafakur
Di puncak syukur
Tangkuban perahu, siang dalam gerimis
Sempurnakan lukisan alami berbaur mistis
Di latar legenda ironis
Pemuda sangkuriang dengan cinta terlarang
Pada Dayang Sumbi, ibunda yang rupawan sepanjang jaman
Kabut serbu tangkuban perahu
Meluruh baur penuh hiruk pikuk
Cumbuan hawa dingin menusuk, tak lagi merasuk
Walau gigil menyelusup tulang rusuk
Terkapar pada pana
Lukisan alam nyata di hamparan mata
Pepohonaan basah walau tak terbasuh air hujan
Jalan berbaatu menohok rindu
Yang membatun hingga pucuk gurun
Berkelok menurun bak lekuk tarian eksotis
Kala langkah menapaki indahnya kawah Domas
Yang menyisakan lahar panas
Nyanyian alam terlantun dari petik dawai gitar
Para pemuja alam duduk di tepian pembatas
Menikmati keelokan sang ratu yang anggun mengukir senyum
Angkuh namun mengundang decak kagum
Terhantar tafakur
Di puncak syukur
Tangkuban perahu, siang dalam gerimis
Sempurnakan lukisan alami berbaur mistis
Di latar legenda ironis
Pemuda sangkuriang dengan cinta terlarang
Pada Dayang Sumbi, ibunda yang rupawan sepanjang jaman
Tidak ada komentar:
Posting Komentar