Ai Reen
ini aku, inilah aku. dalam sebuah antologi hati entah darimana kata terantai menjadi sebaris kalimat yang begitu bisu. o, aku masih disini tergugu duduk terdiam...
sendiri, dalam sebuah elegi, meski bukan pada waktu aku bertaruh! bukan pada kelabu aku mengaduh gaduh menjatuhkan beribu luka. selayaknya hanya sebuah dejavu, padanya aku menjadi bayang remang
: gamang
Lily Zhang
Nandi Ari
Tak lelah ku mencinta kesunyian
Pula duduk disini tanpa alasan
Hanya gelap mendera hati yang suram
Pula duduk disini tanpa alasan
Hanya gelap mendera hati yang suram
Yang ku pahami, jiwaku telah lama pergi tanpa pamit
:dingin
Sinyo Manteman:dingin
ia bahkan hampir tak mengenali dirinya sendiri
barangkali hampa di pikiran membuatnya lupa
dilayangkan pula segala ingatannya
terbiar mengawang entah kemana
barangkali hampa di pikiran membuatnya lupa
dilayangkan pula segala ingatannya
terbiar mengawang entah kemana
ia hanya tahu jantungnya masih berdetak
pun sudah terbatabata mengeja hidup
pada hari ia terduduk di sana
sekelumit lamunan membawanya pulang
Dina Taz Mardiana pun sudah terbatabata mengeja hidup
pada hari ia terduduk di sana
sekelumit lamunan membawanya pulang
Bercanda dengan hening, seumpama simfoni yang terus menarinari di penjuru otakku dengan iringan nada tanpa suara.
:aku membisu
Catz Link Tristan
Menunggu pembeli
Pukul duabelas malam, lelah telah berganti lelap
Namun aku baru saja memulai hari
Tigas gelas vodka satu bungkus racun tembakau temani ku menanti
Pukul duabelas malam, lelah telah berganti lelap
Namun aku baru saja memulai hari
Tigas gelas vodka satu bungkus racun tembakau temani ku menanti
Tapi bagaimana aku bisa mendulang rupiah bila aku duduk dan terus termenung.
Malam ini ia kembali menatap langit, seraya menanti bintang yang lagi-lagi temaram dibalik awan yang menyelimuti harap dengan segala entah. Genap dua belas purnama ia menanti dalam sendiri, hanya berteman angin sepi yang sudah mulai bosan berseri. Hanya asap putih dari bara tembakau yang bisa membuatnya tersenyum, ia berkata “ini membuat ku mengerti akan sosok sang bintang, karena akan membunuhku secara perlahan”.
Afrilia Utami
dalam lipatan diri dan kau bahasa bisuku.
menafsirkan artefak kelabu, menyelinap rasa sepi
ruh kecilku tak bertubuh, sembunyi di sesisa ruang mimpi
dari sejengkal sunyi yang bersitatap dalam ilusi..
gimana ikutannya neh?
BalasHapusNugi-
ikutannya via grup pak nugi... :)
BalasHapus