Friendship | Writing | Reading | Learning | Joking | Smiling | Laughing | Comfortable
Tentang Kami
Foto saya
Grup Cafe Rusuh merupakan suatu ruang lingkup tempat di mana para anggotanya bisa berbagi tentang segala hal. Kata "Rusuh" sendiri merupakan kependekan dari "Ruang suasana hati". Sebagai sebuah grup, Cafe Rusuh menjadi sebuah jembatan di mana persahabatan, kekeluargaan dan silaturahmi antara sesama anggotanya tetap terjaga. Selain itu, Cafe Rusuh juga memberikan kebebasan kepada para anggotanya untuk berbagi tentang segala hal seperti puisi, cerita, esai, tips-tips dan info-info yang bermanfaat bagi para anggotanya.

Rabu, 13 Juli 2011

ACR: I Want to Remember You!

by Reiikha Reiiyanthii

“BRUAK…!”

Aku merasakan kesakitan di sekujur tubuhku. Aku menekan kepalaku sekerasnya. Semakin lama, semakin gelap. Aku menahan agar tak tenggelam ke dalam kegelapan yang nyaris menenggelamkanku. Berteriak sekencang-kencangnya agar hatiku mendengar dan segera sadar. Dalam beberapa menit menahan rasa sakit yang teramat sangat—kesadaranku menghilang.

“Sadar! Cepatlah sadar! Jangan tinggalkan aku!”

Teriakan itu seakan menyadarkanku kembali. Seorang lelaki menggoyang-goyangkan tubuhku. Aku tidak bisa bergerak. Aku hanya bisa melihat semua bayangan yang semakin lama, semakin menghilang. Ingatanku terpecah belah! Semua berterbangan. Melambaikan tangannya dan berkata: selamat tinggal! Tapi yang masih aku dapat rasakan, seorang lelaki itu membopongku, dan membawaku ke pinggiran jalan. Setelahnya…, aku benar-benar kehilangan kesadaran.

***

Semua seakan menari-nari di atas kepalaku. Berterbangan! Entah, aku tidak dapat menyentuhnya, dan meraihnya. Apa yang terjadi? Apa aku kini tengah berada di Surga? Ataukah…, Neraka?

Aku mendapat kesadaranku. Menggerakan perlahan jemariku. Membuka perlahan mataku. Pertama yang mataku tangkap adalah SoRa—sahabatku. Meski kepalaku masih terasa sangat berat, aku tetap bangun dari tempat tidur. Sahabat-sahabat lainnya, berada persis di sampingku sekali, menatapku dengan pandangan yang sangat khawatir.

“Kau tidak apa-apa? Kau baik-baik saja? Kecelakaaan kemarin malam, sangat membuat kami khawatir,” ujar SoRa, dengan diiringi anggukan kepala Mayomi, Megumi, Mi Ree dan Jung Min.

“Aku rasa, aku tidak apa-apa. Hanya merasa pusing saja.”

“Benarkah? Syukurlah,” SoRa menghembuskan napas lega.

“Kau terbentur hebat kemarin, aku takut terjadi apa-apa di kepalamu,” ujar Jung Min, satu-satunya sahabatku yang berjenis kelamin laki-laki.

“Entahlah…, tapi aku yakin, tidak terlalu parah,” jawabku lemas.

Semua sahabatku mendekatiku. Memelukku dengan penuh rasa kasih sayang. Aku merasakan bahuku basah. Aku tahu, kalian pasti sangat mengkhawatirkanku. Aku diberi kesempatan kedua untuk bersama kalian olehNya. Aku sangat bersyukur masih bisa berada di tengah-tengah kalian.

***

“BLAK!”

“Bagaimana keadaan pacarku?”

Seorang lelaki membanting pintu, hingga membuat semua terkejut. Siapa lelaki ini? Mengapa ia berteriak-teriak mencari pacarnya di ruanganku? Apa ia gila? Aku bahkan tidak mengenalnya, tapi seenaknya saja, ia membanting pintu ruangan dan berteriak-teriak seperti di hutan.

“Chikamaru! Lee Chikamaru! Kau sudah sadar? Syukurlah kau selamat! Aku sangat mengkhawatirkanmu,” ia mendekatiku dan langsung memelukku dengan erat. Aku menggerang kesakitan ketika pelukkannya mulai membuatku sesak napas.

“Siapa kau??” tanyaku, mulai memanas. Aku melepas pelukkannya, dan menatap ke seluruh sahabatku satu-persatu.

“Aku, Kim Eun Hyuk! Aku…, pacarmu!” katanya, menatapku dengan tatapan nanar.

“Apa??” aku terkejut.

“Kenapa kau berkata seperti itu, Chi?” tanya Sora.

“Kok jadi begini! Kau hanya ingat kami, ya?” tanya Jung Min ikut terheran.

“Panggilkan Dokter!” seru SoRa.

Jung Min dan Mi Ree berhambur keluar mencari Dokter. Aku masih menahan lelaki yang entah darimana. Aku benar-benar tidak mengenalnya. Bahkan siluet bayangannya pun terasa tak pernah muncul dari pikiranku. Bagaimana aku mengenalnya?

Dokter yang diiringi dua orang suster, dan dua sahabatku muncul. SoRa dan yang lainnya menjelaskan apa yang terjadi kepadaku ke Dokter, sedangkan aku dianjurkan untuk berbaring di tempat tidur. Tangan lelaki—yang menyebutkan namanya Kim Eun Hyuk—meraih kursi dan menariknya ke dekat tempat tidurku. Duduk di sampingku, dan membelai-belai lembut rambutku.

“Lepaskan!” kataku ketus.

Ia menatapku, lalu berpaling menatap ke arah Dokter.

“Hmm…Ternyata seperti ini efeknya. Nampaknya ia…, kehilangan ingatannya.” Dokter menjelaskan.

“Bagaimana mungkin itu terjadi, Dok? Kenapa hanya melupakan satu orang saja?” sahut Eun Hyuk.

“Setiap kecelakaan pasti saja ada efeknya, bukan? Inilah efek yang dideritanya.”

“Hilang ingatan?” aku mengulang, tidak mempercayainya.

***

Bohong! Itu pasti bohong! Tidak mungkin aku memiliki seorang pacar, dengan sifatku yang tomboy ini. Meski ingatanku sedikit terlupakan, tapi bagaimana mungkin aku memiliki pacar? Terlebih sifat Eun Hyuk dan penampilannya bukan kriteria yang aku inginkan. Ia pasti bohong!

“Kau memang pacarnya. Lihatlah! Senior Eun Hyuk sangat menyayangimu. Ketika kau mengalami kecelakaan, senior Eun Hyuk yang menyelamatkanmu terlebih dahulu.” Ujar SoRa.

“Entahlah, SoRa. Aku sangat meragukannya.” Sahutku lemas.

“Apa? Kau meragukan lelaki tampan seperti senior Eun Hyuk?” tanya Jung Min, nampak heran.

“Kalau aku menjadi kau, aku pasti bahagia bisa menjadi pacar senior Eun Hyuk,” ungkap Mi Ree

“Aku ingin sekali sepertimu. Tapi, entah, aku sangat ragu, dan masih tidak mempercayai bahwa ia pacarku!” sahutku.

Benar! Ia memang tampan. Ia memang tampan, semua tahu itu. Aku tidak ingin menjadi perempuan yang sangat munafik, karena berkata aku tidak ingin menjadi pacarnya. Apa yang kurang dari dirinya? Ia nampak tebal dompet, bermodal tampang yang sangat tampan. Manis juga! Tapi, sumpah! Ia bukan kriteriaku.

***

Seminggu berlalu, ketika pahitnya kenyataan yang aku dapatkan itu…

Semua mata selalu memandangku, ketika aku mulai kembali ke sekolah Ochang Korean High School. Semua nampak iri, karena Eun Hyuk menggandeng tanganku. Ia selalu menjemputku untuk berangkat sekolah maupun pulang sekolah. Ia memang seniorku, tapi ia tidak pernah memperlakukanku sebagai juniornya. Ia menyetarakan aku seperti teman-temannya. Aku tidak pernah terkena hantamannya, ketika aku mencoba untuk melawannya.

“Ada Chi?”

Aku menoleh ke arah pintu kelas.

“Ayo, pulang bareng!” Ia mendekati bangkuku.

“Eh? Pulang bareng?”

“Iya!”

Aku menoleh ke arah sahabat-sahabatku.

“Good luck!”

Aku meraih tasku. Tangan Eun Hyuk sudah menyambutku. Ia menggandeng tanganku seperti biasanya. Membawakan tasku, menjadikanku layaknya sang Putri. Selalu menyamakan langkah kakinya dengan langkah kakiku, ketika kami berjalan. Sehingga mengundang tatapan banyak siswa-siswi di sekolah ini.

“Nanti, kita mampir ke Toko DVD, ya?”

“Untuk apa?” tanyaku.

“Aku ingin membelikanmu sesuatu.”

Entah! Mengapa aku bisa melupakannya? Padahal, kita pasti sering sekali melakukan ini. Pulang sekolah bersama, mencari kios makan, mendengarkan musik bersama. Tapi mengapa aku melupakan Eun Hyuk yang sudah jelas-jelas selalu bersamaku? Kita pasti sering melalui hari bersama-sama. Saling menyayangi. Tapi…, apa benar?

“Maaf, aku masih belum dapat mempercayainya.” Aku menghentikan langkahku.

“Belum dapat mempercayai apa?” tanyanya.

“Bahwa aku ini pacarmu.”

“Tidak apa jika kau belum dapat mempercayainya. Aku juga tidak peduli, kini kau menyukaiku apa tidak. Tapi yang jelas, aku akan membuatmu menyukaiku.” Ia tersenyum manis.

“Apa aku dulu sering seperti ini? Apa kita saling menyukai?”

“Kau tidak mengingatnya? Coba, pikirkan saja sendiri.”

Aku tidak bisa! Aku tidak tahu, maka dari itu aku bertanya padamu. Aku sama sekali tidak bisa mengingatmu, maupun mengingat kejadian yang telah aku lalui bersamamu. Mengapa kenanganku bersamamu harus terlupakan?

I Want to Remember You!

***

“Kita sampai! Ayo, cepat!” Ia menarik tanganku, agar mempercepat jalanku. Aku terhenti, ketika melihat poster Boyband Big Bang terpampang di dinding kaca toko. Aku melepas genggaman Eun Hyuk dan lebih mendekat ke dinidng untuk lebih jelas melihat posternya.

“Seandainya aku bisa menyanyikan lagu Big Bang yang berjudul Mad About You,” gumamku pelan.

“Aku bisa! Aku sudah mempelajarinya. Dengarkan: Miageta sorano hyojo, kimiwo omouto kagayakidashita. Mezamete suguno kanjo takanaru kodo, kimini muchu-sa. Afuredasu kono omoi wo ryote ni sotto uketometanara. Aitai to nagau kokoro kono tede motto todokete yuko...”

Aku tidak bisa menelan ludah. Mendengarkan suaranya, dan merasakan desahan napasnya di sampingku, sangat dekat! Aku bahkan tidak bisa ikut bernyanyi karena desahan napasnya. Untuk bergeser sedikit saja, aku tidak bisa. Aku benar-benar menjadi salah tingkah.

“Seperti itu.Tahu, kan?” tanyanya.

“Kau bisa menyanyikannya? Kau suka Big Bang, kan?”

“Tidak!” ujarnya.

DEG!

Bodoh sekali! Bahkan aku tidak tahu apa yang disuka dan apa yang dibenci oleh pacarku sendiri. Aku benar-benar pacar yang tidak berguna. Tidak patut untuk dibanggakan! Apa yang ia lihat dariku? Mengapa ia sangat menyukaiku hingga menghafalkan lagu yang ia sendiri tidak suka? Aku benar-benar bodoh!

“Kenapa kau menyanyikannya?”

“Karena aku tahu, kau suka lagu-lagu dari Big Bang.”

Oh, aku terpana! Ia bahkan sengaja menghafalkannya, karena aku suka. Tapi, apa yang bisa aku perbuat untuknya? Aku bahkan sangat jahat padanya, karena tidak mengingatnya.

Ia sangat manis. Apapun kenangan masa lalu yang aku lupakan itu, aku sudah tidak peduli. Kini aku yakin, ia adalah pacarku yang sangat menyukaiku, dan aku pun begitu sebaliknya. Aku kini menyadari, bahwa aku juga menyukainya. Sangat menyukainya.

***

Udara yang sangat dingin menusuk tulangku. Membuatku sadar dari tidurku. Bergegas aku pergi ke kamar mandi, dan berganti seragam. Seusainya, aku turun dari lantai atas dan menuju dapur. Mempersiapkan bahan-bahan dan bumbu untuk meracik tok bok-i. aku meracik makanan ini, memang benar khusus aku berikan untuk Eun Hyuk. Aku kesal! Aku tidak pernah bisa memberikannya apapun. Selalu salah, dan tidak tahu apa yang ia suka. Aku kesal, karena melupakannya. Aku marah karena melupakan kenangan indah bersamanya.

“Semoga kau suka ini, Eun Hyuk…” aku nyengir.

Mama mengejutkanku.

“Apa yang kau lakukan sepagi ini?”

“Masak. Coba ini,” aku menyuapkan Mama makanan tok bok-i buatanku.

Mama mengacungkan jempolnya.

“Enak sekali.”

“Gamsa habnida,” aku mengecup pipi Mama, dan segera berpamitan untuk berangkat menuju sekolah. Aku tidak berangkat bersama Eun Hyuk, karena ia memang tidak bersekolah karena sakit. Maka dari itu, aku memasak makanan khusus untuknya.

***

“Ini, spesial untukmu.” Aku menyodorkan kotak bekal kepada Eun Hyuk.

Sepulang dari sekolah, aku langsung beranjak pergi ke rumah Eun Hyuk. Berharap ia menyukainya, dan melahapnya habis. Aku tidak sabar melihat tampangnya yang menyatakan bahwa ia puas, dan senang memiliki pacar seperti aku. Aku tidak mau menyakitinya lagi. Cukup aku melupakan masa lalu yang pernah kami lewati.

“Kenapa?”

“Apa?”

“Kenapa kau melakukan ini?” tanyanya.

“Aku…, hanya ingin mengulang masa lalu. Apa aku baru pertama kali ini melakukannya?”

Ia nampak terkejut!

“Tidak juga…,”

“Baguslah! Ayo, dimakan.” Aku tersenyum kepadanya. Ia pun balik tersenyum kepadaku. Apa aku benar-benar adalah pacarnya? Mengapa sedikit pun aku tidak mengingat kenanganku bersamanya? Kenangan bahagia, melewati masalah selalu berdua. Kenapa aku tidak bisa merasakannya?

“Tok bok-i?”

“Ya, kau suka, kan?”

“Su-suka, kok! Tenang saja.”

Ia nampak memakannya dengan bersusah payah. Mengunyahnya, dan menelannya, nampak seakan ia sedang mengunyah dan menelan batu. Apa ia tidak suka? Apa makanan buatanku tidak enak? Tapi Mama sudah mencicipinya, dan mengatakan bahwa masakanku lezat. Jadi, apa yang salah?

Aku berdiri, dan mengelilingi kamarnya. Melihat-lihat kumpulan buku-buku di rak bukunya. Meraih satu novel, dan membaca sinopsisnya. Melihat daftar isi novel tersebut, lalu locat ke halaman terakhir.

Aku terkejut, ketika melihat catatan kecil yang ada di halaman akhir: Aku membencinya! Dan, sampai kapan pun akan tetap membencinya. Ia satu-satunya perempuan yang berani menolakku, dan melawanku. Apa ia kira, ia itu sangat cantik? Akan ku curi hatinya, dan seusai itu, aku akan membuangnya!

Siapa yang dimaksudkannya? Apakah aku? Ia berniat mencuri hati seorang perempuan, dan akan mencampakkannya begitu saja? Sejahat itukah Eun Hyuk? Tidak! Ia tidak akan bersifat seperti itu. Ia tidak akan tega. Melihat perlakuannya yang selalu menyayangiku, mustahil ia dapat melakukannya.

“Apakah…, catatan kecil ini untukku?” aku menunjukkannya, dan ia benar-benar nampak ikut terkejut. Seketika meraih novel itu dari tanganku, dan melemparnya.

“Bu-bukan!”

“Untukku, benar?” aku memaksanya untuk berkata jujur.

“Bukan!”

Aku tersentak!

“Aku ingin mengingat semuanya. Apa yang kau lakukan, apa yang aku lakukan. Aku ingin mengulang semuanya. Aku ingin mengingatmu, aku ingin semua ingatan tentangmu itu kembali. Aku tidak ingin ingatan tentangmu pergi dariku. Karena itu sangat berharga untukku!” ungkapku, menangis.

“Chi, kau memang tidak akan bisa mengingatnya.”

“Apa maksudmu?”

“Kau tidak akan bisa mengingatnya, karena di antara kita, memang tidak ada hubungan apa-apa. Dulu, kita adalah musuh,” jelasnya.

Aku tercengang!

“Kau…, berbohong?

“Iya. Aku berbohong tentang hubungan di antara kita. Aku hanya musuhmu.”

“Kau…, jahat sekali! Kau telah membohongiku, dan membuatku terlihat sangat bodoh!” tangisku semakin menjadi-jadi.

“Aku memang benar sangat menyukaimu. Tapi, ketika aku menyatakan perasaanku, kau menolakku mentah-mentah! Dan, ketika usai kecelakaan itu, kau sadar. Kau ingat semuanya, tapi kau…, melupakanku!” ia nampak menyesal.

“Apa?”

“Aku sama sekali tidak ada dalam ingatanmu. Aku tidak penting bagimu. Oke, kau membenciku. Aku memang tega, membohongimu selagi kau hilang ingatan. Aku membayar semua sahabatmu, agar tidak menceritakan semua ini. Lupakanlah aku! Aku tidak penting bagimu. Aku akan pergi…, darimu.”

Sekarang, aku mengerti! Begitu banyak yang aku lupakan. Dan, begitu banyak yang telah terlupakan. Yang aku tahu, aku memang sedih, karena melupakan semua kenangan yang telah berlalu. Tapi aku akan lebih sedih lagi, karena harus melupakanmu, dan meninggalkanmu.

“Hatiku sakit! Kepalaku sakit! Tapi, aku tidak lupa! Aku, suka Eun Hyuk! Aku tidak akan melupakan kenangan yang baru saja kita rajut. Kim Eun Hyuk, tidak akan aku lupakan. Karena kini, esok, dan selamanya, kita menjadi sepasang kekasih sungguhan.”

Eun Hyuk tersenyum, meneteskan air mata. Menarikku dalam pelukkannya. Aku tahu, kini hanya menyukaimu. Biarkan masa lalu itu pergi. Aku benar-benar menyesal, karena dulu pernah menolakmu. Seandainya saja aku menerimamu, aku pasti tidak akan melupakanmu. Tapi, kini aku telah berjanji. Aku akan menyukai Eun Hyuk, dan aku akan terus mengingatnya sampai kapan pun.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar