Friendship | Writing | Reading | Learning | Joking | Smiling | Laughing | Comfortable
Tentang Kami
Foto saya
Grup Cafe Rusuh merupakan suatu ruang lingkup tempat di mana para anggotanya bisa berbagi tentang segala hal. Kata "Rusuh" sendiri merupakan kependekan dari "Ruang suasana hati". Sebagai sebuah grup, Cafe Rusuh menjadi sebuah jembatan di mana persahabatan, kekeluargaan dan silaturahmi antara sesama anggotanya tetap terjaga. Selain itu, Cafe Rusuh juga memberikan kebebasan kepada para anggotanya untuk berbagi tentang segala hal seperti puisi, cerita, esai, tips-tips dan info-info yang bermanfaat bagi para anggotanya.

Rabu, 27 Juli 2011

ACR: Thank's Kitty Holmes

by Glen TP


“Gue… Gue suka sama lo, Lo mau gak jadi pacar Gue?” tanya Tony kepada cewek yang jelas-jelas baru saja bertemu di persimpangan jalan menuju kampus.

“Maaf, yah! Tapi aku nggak mau pacaran sama cowok yang bahkan enggak aku kenal,” jawab cewek itu sambil membuang muka dan berjalan berlenggak-lenggok menuju gedung kampus.

Hati Tony langsung mencelos menerima jawaban dari cewek itu. Dia langsung terdiam, mencoba menerima kenyataan yang ada.

“Gokil lo, Ton!” seorang cowok super cool datang menghampiri Tony. “Lo boleh stress gara-gara nggak punya cewek sampe sekarang. Tapi nggak berarti juga sampai lebay begitu dong. Masa cewek baru aja nemu langsung lo sikat? Kenalan dulu, kek!”

“Iya… iya…. Gue mungkin enggak seahli lo dalam hal flirting sama cewek. Gue lebih suka sesuatu yang to the point aja,” kata Tony santai.

“Alaaaah… To the point! Itu aja alesan lo. Coba lo inget-inget lagi berapa banyak cewek yang udah nolak lo gara-gara ‘to the point’ yang lo junjung tinggi itu!”

Tony terdiam sebentar, kemudian berkata.

“Barusan tadi yang keseratus, John.”

“Wha—apaaaahh! Gila, Ton! Salut gue. Lo bisa masuk Guiness’s Book of Records kayaknya nih,” kata John—yang nama aslinya Jono—sambil cekikikan. “Rekor sebagai cowok yang paling banyak ditolak sama cewek.”

“Sial lo, John! Udah ah, kayaknya kalo gue jalan sama lo berdua begini bisa-bisa gue makin susah aja dapet cewek.”

“Loh, kenapa, Ton? Gara-gara gue lebih ganteng?”

“Bukan! Takut dikira maho,” jawab Tony sambil berlari masuk ke dalam kampus meninggalkan John yang kesal sendirian.

***

Hari itu benar-benar kebetulan. Dosen mata kuliah Software Development ternyata tidak menunjukkan batang hidungnya. Seluruh mahasiswa di ruang kelas T-004 bersorak-sorai bergembira. Ada yang memainkan gitar sambil bernyanyi-nyanyi sendiri dengan suara sumbang, ada yang sedang asyik berpacaran di pojok kelas, dan ada juga yang sedang sibuk berlatih breakdance, berputar-putar dengan kepala sebagai porosnya. Sekelompok mahasiswa yang tergabung ke dalam UKM DKM Masjid Kampus pun tidak mau kalah. Mereka mengadakan pengajian bersama mendoakan dosen kesayangan mereka agar dapat kembali mengajar di kelas minimal semester depan.

Tony yang lebih memilih menyibukkan dirinya di depan laptop yang telah terkoneksi dengan internet, sesekali melirik ke arah kanan. Dilihatnya hanya ada seorang cowok narsis yang sedang sibuk mengatur rambutnya di depan sebuah cermin lipat kecil.

“John!”

“Apaan sih!” jawab John ketus.

“Gue mau nanya nih,”

“Nanya apaan?”

“Lo kok bisa ganteng gitu sih?”

“Wha—apaaahh!!” John kaget menerima pertanyaan seperti itu. “Ton! Lo nggak kenapa-kenapa kan? Maksud Gue, oke, yang barusan itu bener-bener maho detected.”

“Ah, sial lo, Gue nanya serius. Gimana caranya biar gue juga bisa ganteng kayak lo?”

John menatap Tony tajam dalam diam beberapa saat, kemudian meletakkan cermin lipatnya di atas meja. Ia menunjuk ke arah laptop Tony yang menyala di atas meja.

“Laptop? Apa hubungannya?”

“Buka Google, Ton!”

Tanpa berpikir panjang, Tony menuruti perintah John. Dia mengetikkan URL Google pada address bar di Mozilla Firefox-nya. Hanya dalam hitungan sepersekian detik, halaman utama dari Google langsung terpampang di layar.

“Sekarang apa?”

“Sekarang lo tinggal ketik aja tuh di Google pake keyword Ahli Bedah Plastik,” kata John santai.

“Oke! Ahli Bedah Pla—apaaaahhhh!!!” kata Tony yang baru tersadar akan kebodohannya. Tony hendak membalas ejekan John. Tapi ternyata John sudah tidak ada di tempatnya. Dia melarikan diri. “Sial, gue dikerjain!”

***

Waktu telah menunjukkan berakhirnya kuliah Software Development. Tony yang sejak tadi hanya duduk diam meratapi nasibnya yang kelam mendadak tersadar. Dia segera membereskan laptopnya dan memasukkannya kembali ke dalam tas punggungnya. Kemudian berjalan di posisi paling belakang mengikuti teman-teman sekelasnya yang hendak keluar ruangan dan menuju koridor.

Keadaan siang itu di koridor terasa sangat hening. Tidak ada siapapun di sana. Karena, merasa malas untuk kembali ke rumah kontrakan, Tony berjalan santai menuju taman kampus dan memutuskan untuk duduk santai di sana sambil memainkan game di Blackberry-nya. Taman kampus yang biasanya banyak dipakai mahasiswa menjadi tempat serba guna, seperti merokok, berpacaran, dan bersenda gurau kini juga terasa benar-benar sepi. Entahlah, mungkin suasana hati Tony saja yang membuatnya terasa demikian.

“Ng… Maaf, Kak… Pensilku terjatuh di bawah kaki, Kakak…”

Suara yang sangat lembut mendadak menyadarkan Tony dari keseriusannya bermain game. menengadahkan kepalanya dan terlihatlah cewek yang sangat cantik sedang menatapnya sambil menyunggingkan senyuman. Rambutnya panjang dan hitam. Penampilannya yang feminim dan modis jelas membuat Tony semakin salah tingkah.

 “Eh? Y-ya? Ada apa yah?” tanya Tony grogi.

“Pensilku, Kak…” ulang cewek itu lagi sambil tetap tersenyum manis. Rambutnya bergoyang indah diterpa angin yang bersemilir. Tony hampir kehilangan kesadarannya lagi, tapi akhirnya berhasil mempertahankan diri.

“A-a-aaahhh! Pensil! Ya… Ya… Ya…” Tony mencari kesana kemari hingga akhirnya menyadari keberadaan sebuah pensil berwarna biru tepat di bawah kakinya. Tony mengambilnya dan menyerahkannya kembali kepada cewek itu. Dia bahkan terheran-heran di dalam hati, mengapa pensil tersebut bisa sampai ada di sana.

“Terima kasih, ya, Kak!” kata cewek itu sambil beranjak pergi.

“Tunggu! Lo… Lo mau gak jadi—“

“STOOPPP…!!”

Tony menoleh ke arah sumber suara. Dilihatnya John yang sejak tadi menghilang entah kemana berlari-lari kecil menghampirinya. Dia melemparkan senyum andalannya kepada cewek tadi yang ternyata sedang menatap mereka berdua dalam kebingungan. Cewek itu pun membalas senyuman John dan kemudian pergi meninggalkan taman.

“Aahhh!! Gara-gara lo tuh cewek jadi pergi deh!” kata Tony kesal.

“Dodol! Justru gue udah nyelamatin masa depan lo, Ton!” John berkata sambil menyisir rambutnya dengan jemarinya. Ia pun kemudian duduk di samping Tony. “Lo pasti tadi mau ngomong mantra sakti ‘to-the-point’ itu lagi kan? Untung aja gue dari tadi diem-diem ngebuntutin lo. Tadinya sih niat mau jahil lagi sama lo.”

“Iya! Terus emangnya kenapa? Lo sadar gak sih udah ngilangin kesempatan gue?”

“Gue sebagai satu-satunya sobat lo harus nolongin lo, Ton! Emang lo mau ditolak untuk ke-101 kalinya? Dalmations dong!”

“Terus gue mesti gimana?” Tony merajuk. “Tapi beneran deh yang barusan tadi, gue naksir sama dia.”

“Sama Angeline?”

“Iya… Loh? Itu namanya, John?”

“Yoi!” kata John santai.

“Kok lo bisa tau?”

“Yaelaaahhh… Ngga ada cewek di kampus ini yang gak gue kenal, Ton! Sebenernya dia juga ada sih di daftar cewek yang lagi mau gue gebet buat have fun, tapi kalo lo suka sama dia, ya mau gimana lagi, gue kasih daaahhh! Tapi inget, deketin cewek itu mesti sabar, pelan-pelan. Jangan main to-the-point aja!”

John tersenyum dan bangkit berdiri.

“Jam kuliah tambahan gue udah mau dimulai nih. Sampe ketemu ya, Ton!”

“Tunggu!” Tony menghentikan langkah John.

“Apaan?”

“Kasih tau gue cara buat deketin cewek yang baik dan benar, John!”

“Buka Google aja, Ton!”

“Loh kok? Wah, lo mau ngerjain gue lagi yah?”

“Yaelah, beneran ada kok. Kalo mau dapet yang terbaik ya mending lo coba usaha dulu sendiri,” John menepuk pundak Tony. “Sukses, Ton! Kabarnya si Angeline nggak suka cowok berambut gondrong.”

“Eh? Yang bener lo, John?”

John tidak menjawab pertanyaan Tony secara jelas. Dia hanya tersenyum sambil mengacungkan ibu jarinya tinggi-tinggi dan berjalan santai menuju kelas.

***

Jam dinding menunjukkan pukul 19:00. Tony termenung memikirkan cara yang ampuh untuk mendekati cewek— yang diketahuinya dari John— bernama Angeline, di dalam kamarnya yang terkunci rapat. Sementara itu suara-suara bising John di luar terdengar sampai ke dalam kamar.

“Ohh.. Ohh.. Jangan! Jangan, Rose! Jangan di depan Jack! Ooooooohhh!,” suara John terdengar dengan sangat jelas. Sepertinya ia sedang menikmati adegan Jack dan Rose di dalam film Titanic.

Tony bangkit berdiri dan membuka pintu kamarnya yang terkunci.

“John, bisa gak TV nya dikecilin dikit?” pinta Tony kalem.

“Mana bisa, Ton?”

“Maksud gue kecilin volume TV-nya!”

“Aaahh, gak asik lo ah! Iya… iya… nih gue kecilin,” kata John sambil mengambil remote TV dan mengecilkan volumenya. “By the way, gimana, Ton? Udah dapet wangsit belom gimana cara buat deketin si Angeline?”

“Belom,” jawab Tony tak acuh dan hendak menutup pintu kamarnya lagi.

“Tunggu!”

“Apaan lagi?”

“Lo beneran yakin mau ngegebet si Angeline?”

“Iyalah!” kata Tony jutek hendak menutup pintunya lagi.

“Tunggu!”

“Apaan lagi sih, John?”

“Lo gak usah nutup pintu kamar. Kebetulan gue mau ke warnet. Ada tugas dari kuliah tambahan gue yang mesti di print.”

“Lama gak lo?”

“Ngga tau, tergantung sikon,” kata John. “Kalo yang lagi jadi OP Mbak Yuli, kemungkinan gue bakal lama balik ke rumah.”

John mematikan TV, mengambil jaketnya dan kemudian pergi ke luar rumah. Sekejap suasana di rumah kontrakan menjadi sunyi.

“Jaga rumah ya, Ton! Inget kata-kata emak gue and emak lo waktu kita masih umur tujuh tahun. Jangan buka pintu buat orang yang gak dikenal. Ok, bye, Ton!”

Sambil memasang muka sebal, Tony berjalan menghampiri lemari kamarnya. Sebuah cermin besar tertempel di pintunya. Pantulan dirinya pada cermin membuatnya sedikit kehilangan kepercayaan diri. Tubuhnya kurus dan tidak tinggi. Kulitnya hitam karena seringkali bermain-main di bawah terik sinar matahari. Dia juga memakai kacamata tebal karena matanya yang minus. Rambutnya gondrong menjuntai mengikuti trend hairstyle dari Korea, sayangnya terlihat gagal total karena tidak sesuai dengan penampilannya. Tidak lupa jerawat mengisi setiap ruang kosong pada wajahnya.

“Sial, dengan penampilan gue yang kayak begini, apa mungkin yah Angeline bakal mau ngelirik gue lagi?” batin Tony.

Tiba-tiba Blackberry Tony berbunyi. Tony segera mengambilnya dan melihat tulisan pada layar. Ada sebuah email yang masuk. Tanpa berpikir panjang, Tony langsung menyalakan laptopnya dan menyambungkannya dengan internet. Tony lebih senang membaca email yang masuk menggunakan laptop daripada Blackberry-nya

Setelah terkoneksi, Tony membuka emailnya dan melihat sebuah pesan baru dengan judul yang sangat singkat.

Hai

Tony melihat email pengirimnya. Tidak, dia tidak mengenalnya.

“Apakah ini SPAM?” Tony ragu-ragu. Namun, rasa penasaran mendorong dirinya untuk tetap membuka pesan itu.

         From : Kitty Holmes <kitty.holmes01> (Tue, 12-Jul-2011, 19:45)</kitty.holmes01>
         To : Tony Hermanto <ini.t0ny></ini.t0ny>
         Subject : Hai
         Hai, bener gak ini Tony dari kelas T-004? Kenalin dooong, namaku Kitty Holmes. Itu nama pena aku sih. :D  Kebetulan aku suka sama Hello Kitty dan Sherlock Holmes. Makanya namanya jadi aku gabung aja deh. Hehe. Dibales ya, kak!

Tony menelan ludah. Merasa bingung dengan isi pesan yang diterimanya, dia mengklik tombol reply dan menulis pesan balasan.

         Bener banget ini, Tony. Memangnya ada keperluan apa yah? By the way keserempet busway, kamu tau email aku ini darimana yah??

Belum lima menit, email balasan pun kembali datang.

         Hihihihi.. Kakak bisa aja deh. Nggak ada keperluan apa-apa sih. Aku tadi cuma iseng aja. Abisnya kan lagi bete kak. Hmm, kalo masalah aku tau email kakak darimana, aku tau dari temen kakak. Namanya John.

“Udah gue duga pasti ada hubungannya sama anak setan yang satu itu!” pikir Tony dalam hati.

         Kok bisa bete? Oh, jadi kamu tau email aku dari si John. Oke, oke kalo begitu salam kenal yah, Kitty. :D Jadi kamu calon korban John yang berikutnya yah?

         Iiihhh.. kakak joroookkk…! Loh maksudnya dari korban yang berikutnya apaan, kak?:O

         Hehehe… Nggak kok, bukan apa-apa. So, bagaimana—

Demikianlah seterusnya Tony dan orang itu—yang diyakini Tony adalah cewek—terus-menerus berkirim email hingga akhirnya menjadi akrab satu sama lain.

Tony menoleh sebentar ke arah jam dinding. Waktu menunjukkan pukul sepuluh malam. Rasa pegal pada matanya pun menyerang. Keakrabannya dengan Kitty Holmes membuatnya lupa akan rasa kesalnya terhadap John yang telah menyebarkan email-nya kepada orang lain. Walaupun rasa penasaran terhadap siapa sebenarnya orang dibalik nama Kitty Holmes tersebut. Dia hanya berpikir dari gaya bahasanya, kemungkinan besar Kitty Holmes adalah seorang cewek imut yang manja.

Ketika hendak merebahkan tubuhnya yang kesemutan, email balasan dari Kitty Holmes datang lagi.

         By the way, gimana, kak? Denger-denger lagi naksir si Angeline yaaaa? Hayoo ngaku! :P

Membaca isi pesan email tersebut, Tony langsung kaget. Dengan mata melotot, Tony langsung membalas email tersebut.

         Loh? Tau dari mana kamu? Jangan bilang dari si John lagi. Rese juga tuh anak!

Tiba-tiba Blackberry Tony kembali berbunyi. Kali sebuah SMS yang masuk. Dia membaca nama pengirimnya, Jono Sukamto. Dengan rasa kesal, Tony langsung membaca isinya.

         Ton, kbtln bgt ni di warnet Gw ktm ma c Garry. Gw d ajak ngnep d kosannya. Bysalah mw main Point Blank brg. Jga dri lo y. Klo da maling bunyiin ja kntongan d blkg. Tar satpam kompleks psti dtg ko. Ok! Thx Brow. John.

“Aaaahh… Si kutu kupret malah mau asyik-asyikan main PB sama si Garry,” kata Tony kesal sambil melempar Blackberry-nya ke atas kasur. Sementara itu email balasan dari Kitty Holmes datang.

         Hehehehe.. Udahlah kak, buat apa coba marah-marah sama kak John? Daripada itu, mau aku bantuin gak kak? :P

Membaca penawaran yang dilakukan oleh Kitty Holmes, rasa sebal yang membara pada John langsung sirna. Dengan semangat baru, Tony langsung menulis email balasan.

         Mau banget! :D

***

“Ton!” panggil John sambil berlari-lari mengejar Tony yang sudah lebih dulu sampai di depan gerbang kampus.

“Apaan, John?”

“Wah! Ternyata beneran lo! Kapan potong rambut lo? Hahahaha.. Gini kek dari dulu, kan jadi berkesan lebih ganteng. Kesannya aja loh yah,” kata John sambil tertawa.

“Tadi pagi,” kata Tony santai.

Gaya rambut Korea Gagal yang sebelumnya menghiasi kepala Tony kini sudah berubah total. Rambut barunya lebih pendek, dan bergaya Mohawk. Jauh lebih rapi daripada biasanya.

“Hahaha… dalam rangka apaan lo potong rambut? Gara-gara gue bilang si Angeline ngga suka cowok berambut gondrong yah?” kata John. “Wah, nggak nyangka ternyata sampe seserius ini lo mau deketin si Angeline. Salut gue, Ton!”

Tony hanya membalas perkataan John dengan senyuman ala kadarnya. Mereka berdua berjalan memasuki gedung kampus dalam diam, hingga akhirnya Tony berkata.

“John, gue cabut dulu, ya.”

“Loh, mau kemana lo?”

“Nanti gue balik lagi. Kelasnya masih setengah jam lagi, kan?”

John merasa sedikit penasaran, tapi tak terlalu menghiraukannya.

“Okelah kalo begitu. Gue duluan, Ton!”

“Sip!” Tony berjalan perlahan menuju koridor sepi di sebelah kiri. Dia menoleh ke segala arah untuk meyakinkan bahwa tak ada orang lain yang mengikutinya atapun melihatnya. Setelah merasa cukup yakin, Tony merogoh saku celana jeans-nya dan mengeluarkan selembar kertas yang terlipat rapi. Dia membuka lipatan kertas tersebut, memicingkan mata sambil membetulkan posisi kacamatanya dan membaca catatan yang tertulis di sana.

         How to Get Closer with Angeline (by Kitty Holmes) Part 1 :
         - Potong rambut dengan gaya yang OK! (v)
         - Cari Angeline!
         - Pura-pura aja gak sengaja nabrak dia sampe jatuh!
         - Bantuin dia berdiri and beresin buku-bukunya yang berantakan!
         - Ajak kenalan dan korek informasi sebanyaknya tentang dia!
         - Usahakan dapetin nomor teleponnya!

“Hmm, berarti sekarang gue harus nyari dimana Angeline,” gumam Tony. Dia kembali melipat kertasnya dan menjejalkannya kembali ke dalam saku celana jeans-nya.

Tony melirik ke arah jam tangannya. Masih banyak waktu sebelum kuliahnya dimulai. Tony berjalan menyusuri koridor dan menuju kelas dimana Angeline akan kuliah hari itu. Informasi ini didapatkannya dari Kitty Holmes.

“Lab Bahasa… Lab Bahasa…” Tony berjalan cepat sambil terus bergumam. Jantungnya berdegup sangat kencang, tapi kaki-kakinya tetap melangkah dengan mantap.

“Karin, tunggu yah! Aku mau ngembaliin buku-buku ini ke perpustakaan dulu!”

Terdengar suara yang dikenalnya sebagai suara Angeline dari tikungan sebelah kanan searah dengan posisi dimana Lab Bahasa berada. Tony menghentikan langkah kakinya, dan bersembunyi di belakang tembok. Menunggu hingga Angeline berjalan melewati jalan di sampingnya.

“Yak, pas Angeline lewat di samping sini, gue bakalan langsung jalan menabrak dia! Ya, rencana ini harus berhasil!” batin Tony.

Tony mendengar langkah-langkah kaki Angeline semakin mendekati posisinya.

“Sekarang!”

BRAAAKKK!!

Buku-buku yang dibawa oleh Angeline jatuh berantakan di koridor. Angeline berdiri diam karena kaget. Matanya menatap Tony yang tengah terjengkang di lantai.

“Loh? Kenapa malah gue yang jatuh?” kata Tony di dalam hati. “Sial, gagal total! Gue yang nabrak, kenapa gue sendiri yang jatuh?”

“Maaf,ya! Kakak nggak kenapa-kenapa?” tanya Angeline.

“E-eh? Y-ya, nggak kenapa-kenapa kok, hehehehe…” Tony salah tingkah.

Tony mencoba untuk segera bangkit berdiri, namun dilihatnya Angeline berdiri agak menunduk tepat di depannya. Memberikan senyuman manis seperti pada saat kali pertama melihatnya. Angeline mengulurkan tangannya.

“Aku bantu, Kak!” kata Angeline dengan nada bicaranya yang terdengar manja. Tony gemetar. Dia merasa tidak yakin apakah akan menggapai tangan Angeline. Tangan seorang cewek cantik yang sedang dia idam-idamkan.

Perlahan tapi pasti, Tony menggapai tangan Angeline dan sekejap tubuh Tony seperti tersengat listrik. Baru kali ini dia merasakan sensasi seperti ini. Baru kali ini dia menggenggam tangan seorang cewek.

Akhirnya, Tony berhasil berdiri. Sementara itu Angeline sedikit berjongkok untuk mengumpulkan buku-bukunya yang berserakan.

“A-ah! Sini… sini… biar gue bantu!” kata Tony teringat akan hal selanjutnya yang harus dia lakukan berdasarkan catatan Kitty Holmes.

“Nggak usah, Kak! Gak apa-apa kok,” kata Angeline. Namun dia membiarkan Tony untuk tetap membantunya mengumpulkan buku-bukunya.

“Eh… Err… Boleh tau gak namanya siapa?” tanya Tony mendadak.

“Aku Angeline, Kak! Angeline Sastrowardoyo,” jawab Angeline sambil tersenyum. “Kalau Kakak?”

“Gu-Gu—Aku Tony! Ya, aku Tony! Tony Hermanto,” jawab Tony. “Mau ke perpustakaan ya Angeline?”

“Iya, Kak,” Angeline bangkit berdiri bersama dengan buku-buku yang telah selesai dikumpulkannya.

“Err… Aku juga mau ke perpustakaan nih, gimana kalo kita bareng aja? Dan buku-buku yang kamu bawa itu kayaknya berat deh. Sini biar aku bantu bawain, yah!” Tony berkata pada Angeline sambil mengambil tumpukkan buku di pelukan Angeline.

Angeline yang melihat gelagat Tony hanya tertawa.

“Terima kasih ya, Kak!”

“Hehehehe.. No problemo!” Tony tersenyum. Ada sedikit perasaan lega di dalam hatinya. Dia berhasil berkenalan dengan Angeline. Dia memejamkan matanya dan mencoba meyakinkan dirinya lagi.

“Ini bukan mimpi! Gue berhasil! Thanks to KITTY HOLMES!!” kata Tony di dalam hati.

Saat Tony membuka matanya lagi, dilihatnya Angeline sudah berjalan cukup jauh di depannya. Dia tengah memandang Tony seakan memberikan isyarat agar Tony segera menghampirinya.

“Tunggu, Angeline!” panggil Tony riang dan mengejarnya dengan penuh semangat.

***

Jam tujuh malam pun tiba. Tony tengah duduk santai di depan laptopnya yang menyala menampilkan halaman akun email-nya. Dia berniat untuk menulis sesuatu, seperti ucapan terima kasih banyak kepada Kitty Holmes. Namun, mendadak John membuka pintu kamar Tony.

“Ton!”

“Apaan sih lo? Ketok pintu dulu kek, gue kaget tau!” bentak Tony.

“Hehehe… Sorry, Cuy! By the way, tadi kemana? Kok nggak masuk kelasnya Pak Jihan?”

“Iya, gue telat! Gue di perpustakaan sama Angeline,” jawab Tony.

“Heh? Serius lo? Sama Angeline? Hahahahahaha…” kata John sambil tertawa lebar. “Wah, berarti sukses juga yah lo mau deketin dia. Lo belom keluarin mantra to-the-point lo itu kan?”

“Nggak! Gue udah berusaha buat nahan biar kata-kata itu nggak keluar cepet-cepet,” kata Tony. “Tapi Gue udah berhasil dapet nomor handphone-nya nih.”

“Serius lo? Aseeemmmm, gue aja butuh waktu tiga hari sebelum berhasil minta nomor handphone cewek yang lagi gue incer.”

“Cupu lo berarti, John!”

“Wha—apaah!! Hahahahaha… Gitu nih sekarang, udah dapet langsung sombong. Oke deh, gue nggak mau ganggu orang lagi seneng dulu, ah. Hahahaha…” John menutup pintu kamar Tony dan pergi keluar rumah.

Setelah yakin John telah benar-benar keluar dari rumah, Tony kembali menatap layar monitornya. Sudah ada sebuah email baru yang menunggu. Pengirimnya adalah Kitty Holmes. Dengan penuh semangat, Tony membuka isi dari email tersebut.

         Halo, Kak! Gimana tadi berhasil gak? :D

Tony langsung menekan tombol reply dan mengetik email balasan dengan semangat membara.

         You kno’ what? BERHASIL!! I really made it!! XD Aku dapet nomor handphone-nya juga sekalian. Ah ya, ada ide gak sekarang apa lagi yang mesti aku lakuin nih?

Tony menunggu email balasan dari Kitty Holmes sambil memakan indomie rebus yang sejak tadi bertengger di samping meja komputernya. Tak lama, email balasan pun tiba.

         Wah, congratz ya, Kak! Sekarang SMS dia aja, Kak! Ajak nge-date Sabtu besok!

Tanpa pikir panjang dan rasa curiga, Tony mengambil Blackberry-nya dan langsung menulis sebuah SMS sambil menahan jemarinya yang gemetar tidak karuan.

         M-Met mlm, Angel, lg pa ni? Ku gnggu km g? Ku mw tny ni, Sabtu bsk km da acara g? -Tony-

Belum sempat Tony meletakkan kembali Blackberry-nya, SMS balasan tiba.

         Hai, Kak! :D Gaq da c, mank knp Kak? :)

Tony menelan ludahnya. Mangkuk indomie yang dipegangnya nyaris terjatuh. Dia berusaha mengendalikan dirinya agar tetap terfokus dan kemudian menulis SMS balasan.

         Klo km mw, ku mw jak km mkn mlm di café deket kampus. Ada yg bru bka n kyaknya seru deh.

Jantung Tony berdegup kencang. Dia ragu Angeline mau pergi makan malam dengannya. Tak lama, SMS balasan pun datang. Dengan tangan gemetar dan berkeringat, Tony membaca isi SMS tersebut perlahan-lahan.

         Boleh! ^_^

Tony membelalak. Jantungnya terasa meledak. Tony berusaha menarik napas panjang dan menghembuskannya perlahan-lahan. Dia mencoba untuk tetap fokus. Bukan main bahagianya Tony, karena untuk pertama kalinya sepanjang hidupnya, dia berhasil mengajak seorang cewek cantik makan malam bareng.

         Ok, ku tunggu di cafe jam 19:00 y… :)

Setelah akhirnya Angeline kembali mengirimkan SMS tanda ia menyetujui ajakan Tony, mendadak dirinya teringat pada Kitty Holmes. Maka dia menuliskan email balasan padanya untuk memberitahukan tentang keberhasilannya mengajak Angeline makan malam.

Cukup lama mereka saling berkirim email hingga tidak terasa waktu telah menunjukkan pukul 23:00. Sebelum pamit untuk tidur, Tony meminta bantuan lagi kepada Kitty Holmes tentang apa yang seharusnya ia lakukan pada acara makan malam nanti. Kemudia email dari Kitty Holmes datang. Tony membukanya dan membaca isinya dengan semangat.

         How to Get Closer with Angeline (by Kitty Holmes) Part 2 :
         - Pakai baju santai tapi rapi. Jadilah diri sendiri. Oh ya, jangan lupa juga pakai deodorant and parfum.
         - Siapkan bunga untuknya, cewek itu seneng loh dikasih bunga.
         - Sesekali puji dia deh, misalnya “Hei, cantik banget kamu male ini.”
         - Ajak ngobrol yang nggak basi, kalo bisa obrolin aja tentang hobby-nya
         - Tetep rileks, jangan linglung, jangan canggung, keep your focus. Jangan mikir yang nggak-nggak!

Tony mencatat semuanya ke dalam secarik kertas. Memberikan ucapan terima kasih pada Kitty, dan mematikan laptopnya. Sabtu nanti akan menjadi hari paling bahagia untuknya. Dia mematikan lampu kamarnya dan merebahkan tubuhnya di atas kasur busa yang empuk.

Tony memejamkan matanya, sementara itu didengarnya pintu depan rumah terbuka disusul oleh suara John yang terbatuk. John sudah pulang. Kini, Tony bisa tidur dengan tenang.

***

Hari Sabtu yang ditunggu pun akhirnya tiba. Tony tengah bersiap-siap untuk menghadapi malam yang selalu dibayangkannya akan menjadi malam paling tak terlupakan sepanjang hidupnya. T-shirt abu-abu polos dengan bentuk v-neck dan celana jeans hitam melekat di tubuhnya. Dia juga mengenakan blazer hitam untuk membuatnya terlihat lebih gagah. Sayangnya memang tak ada satupun hal yang dapat dia lakukan untuk menutupi jerawatnya yang lebat.

“Rambut udah oke! Baju oke! Celana oke! Blazer oke!” gumam Tony dalam hati. Kemudian dia mencium bau badannya. “Ok, I need parfume!”

“Kemana lo, Ton?” tanya John yang mendadak masuk ke dalam kamar Tony.

“Mau nge-date sama Angeline dong,” jawab Tony singkat sambil tetap sibuk pada kegiatan berdandannya.

“Hahahaha… Asyik nih yang udah deket sama Angeline… Titip salam yak!”

“Ogah! Hahaha…”

“Ah, dasar pelit lo! Emang janjian di mana, Ton?”

“Mau tau aja lo…” jawab Tony belagu.

“Hahahaha… Iya deh iyaaa..! Moga sukses yak kencan lo,” kata John sambil mengambil jaketnya. “Gue kebetulan juga ada kencan sama Farah, gue duluan ya, Ton! Jangan lupa kunci pintu pas lo keluar!”

“Farah?” pikir Tony dalam hati. Entah kenapa pikirannya langsung tertuju pada Kitty Holmes.

“Dia tau email gue lewat John, dia juga tau kalo gue naksir Angeline dari John, dan sekarang cewek yang bernama Farah ini janjian sama John. Masa iya dia Kitty Holmes?”

Tony mengambil catatan yang terlipat rapi dari atas mejanya dan memasukkan ke dalam saku celana jeans-nya. Dia memastikan lagi bahwa dompet bergambar Doraemon kesayangannya sudah tersemat kuat di saku belakang celananya. Dia kembali berpikir akan identitas Kitty Holmes yang sebenarnya. Namun, melihat jam dinding sudah menunjukkan pukul 18:40, Tony langsung menarik napas panjang, menenangkan dirinya, dan segera beranjak dari kamarnya.

Seperti biasa di malam Minggu, seluruh tempat dipenuhi oleh para remaja yang sedang sibuk berpacaran. Sama halnya dengan kafe tempat di mana Tony dan Angeline akan menghabiskan waktunya untuk makan malam bersama. Untungnya, Tony berhasil memesan tempat sebelum akhirnya habis dipesan oleh orang lain.

Tony sedang duduk sendiri di bagian paling belakang dan terluar dari kafe ini. Tempat tersebut adalah tempat paling romantis bila dibandingkan dengan posisi meja-meja yang lainnya. Sebuah kolam ikan yang berukuran lumayan besar berada di sampingnya, dan suasana malam yang nyaman dapat dinikmati tanpa terhalangi oleh apapun. Suasana outdoor yang menyenangkan. Bulan purnama terlihat sangat indah.

Tony melihat ke arah jam tangannya. Sudah pukul 19:08. Memang agak terlambat, tapi Tony yakin, Angeline pasti datang.

Keyakinan Tony berbuah baik. Tak lama kemudian Angeline datang dengan mengenakan sebuah dress hitam yang dibalut dengan cardigan hitam yang indah. Dia mencari-cari Tony. Tony mengangkat tangannya tinggi-tinggi memberikan isyarat keberadaannya. Jantungnya mulai berdetak hebat. Angeline cantik sekali malam ini. Jauh lebih cantik daripada yang biasa terlihat di kampus.

“Hai, Kak!” sapa Angeline sambil tersenyum.

“Ha-Hai, Angeline…” Tony gugup. Namun ia tetap berusaha tampil sesempurna mungkin. Ia bangkit berdiri, dan membantu menarik kursi Angeline dari belakang. Angeline duduk dengan nyaman.

“Maaf yah aku terlambat,” kata Angeline.

“Ah, ya, nggak apa-apa kok,” Tony menimpali. “I-ini…”

Tony mengeluarkan setangkai mawar yang disiapkannya untuk Angeline. Angeline tersenyum dan kemudian tertawa. Dia tak menyangka akan diberikan kejutan semacam ini. Di ambilnya bunga mawar merah tersebut dan menghirupnya dalam-dalam.

“Terima kasih ya, Kak! Bunganya bagus banget”

“Iya, sama-sama,” Tony tersenyum grogi.

Hening. Tony hanya memandangi Angeline dalam-dalam. Di dalam hatinya dia benar-benar tidak pernah menyangka bisa sedekat ini dengan seorang wanita cantik dan baik seperti Angeline.

Merasa dipandangi terus-menerus, Angeline tersenyum malu.

“Kenapa memandang aku terus kayak gitu, Kak? Aku kan malu.”

“O-oh! Maaf! Maaf! Abisnya… Abisnya malam ini kamu cantik banget Angeline.” Jantung Tony berdegup kencang. Dia menahan diri untuk tidak langsung mengucapkan mantra to-the-point miliknya. Dia tidak boleh merusak suasana malam ini.

“Oh ya?” Angeline menutup wajahnya yang memerah. “Kakak, bisa aja deh. Terima kasih ya, Kak buat pujiannya.”

“Err—gi-gi-gimana kalo kamu panggil aku Tony aja? Nggak usah pake ‘Kak’?” Tony yang dilanda rasa nervous dan kurangnya pengalaman dalam hal berkencan membuatnya sulit untuk memikirkan kata-kata lain sebagai obyek pembicaraan.

“Hihihihi… Tadinya aku ngerasa nggak enak, kan kakak senior aku. Tapi kalo kakak mau begitu oke deh. Err… Tony..” Angeline menunduk untuk menyembunyikan wajahnya yang merah.

“Apa? Coba sebutin lagi?”

“To-Tony! Hahahaa.. Iiiihhh udah ah, kamu norak deeehh…” kata Angeline bercanda.

“Hahahahaha..”

Setengah jam mereka bercanda dan tertawa bersama. Benar-benar pengalaman yang sangat menyenangkan bagi Tony. Dia dapat mengenal lebih jauh lagi tentang cewek yang disukainya tersebut. Mereka saling bertukar kisah lucu dan memalukan. Bahkan Tony menceritakan tentang dirinya yang sebenarnya tidak pernah berpacaran. Bagaimana Tony mengalami seratus kali penolakan cinta. Tentu saja dia tidak menceritakan tentang cewek yang dia tembak secara instan tempo hari.

Tak terasa waktu telah menunjukkan pukul 21:00. Sudah saatnya bagi Tony mengantar Angeline pulang. Mereka memilih untuk berjalan kaki dengan alasan jarak rumah kost Angeline terletak tidak jauh dari cafe. Lagipula berjalan kaki berdua dapat memperlambat waktu perpisahan antara Tony dengan Angeline di malam itu. Sementara perjalanan mereka diiringi oleh bulan purnama yang terang benderang. Terlihat sangat indah.

“Err.. Angel..”

“Emm?”

“Ka-kamu, belum punya pacar kan?”

Angel menyunggingkan senyum manisnya.

“Menurut kamu?”

Tony terdiam. Jantungnya berdebar lebih cepat.

“Aku harap kamu belum punya pacar,” kata Tony cepat dengan wajah yang memerah.

“Hahahaha… Kamu lucu deh, Ton!” Angeline memandang Tony dengan pandangan yang menyentuh hati. “Aku belum punya pacar kok.”

Mendengar kata-kata Angeline, Tony menjadi bersemangat. Tapi, tiba-tiba saja Blackberry di dalam saku blazer Tony bergetar. Spontan Tony mengeluarkan Blackberry-nya dan membaca pesan di layar. Sebuah email dari Kitty Holmes.

“Se-sebentar ya, Angel! Aku harus membalas SMS dulu…”

Angeline mengangguk pelan sambil terus tersenyum. Sementara Tony membaca isi email tersebut.

         Hai, Kak!  Gimana makan malamnya? Berhasil nggak? Hihihihihi..

Tony mengetik email balasan secepat kilat.

         Berhasil! Selanjutnya apa nih, Kitty?

Email terkirim. Tony menghampiri Angeline yang kini sedang duduk di pinggir trotoar sambil memandangi bulan di angkasa.

“Bulannya indah banget, yah?” tanya Angeline.

“I-iya.. Indah banget,” Tony menimpali dan kemudian duduk di samping Angeline.

“Kamu.. Kamu tau gak? Aku nggak mau deh mala mini cepet-cepet berganti.”

Angeline menoleh ke arah Tony dan menatapnya tajam-tajam sambil tersenyum. Tony makin grogi. Sementara itu Blackberry Tony bergetar lagi. Dia mengeluarkannya dari saku blazer-nya dan membaca email balasan dari Kitty Holmes dengan cepat.

         Tunggu apa lagi, Kak? Kalo mau to-the-point juga gak apa-apa kan? Hihi.. :D

Tony menelan ludah dan memasukkan kembali Blackberry-nya ke dalam saku blazer-nya. Dia kembali menatap Angeline yang kini sedang memejamkan matanya sambil tersenyum. Wajahnya menengadah ke atas dan menyenandungkan sebuah lagu.

Tony mendekatkan dirinya pada Angeline. Dia kumpulkan seluruh keberaniannya untuk mengeluarkan kata-kata.

“Angeline…”

“Ya?” Angeline menyahut dengan riang.

“A-aku..” Tony gemetar. Ini adalah kali pertama dirinya merasakan nervous yang sehebat ini.

“Hmm..?” Angeline memandang Tony dengan senyum yang manja. Tony memejamkan matanya. Menarik napas dalam-dalam dan menghembuskannya perlahan-lahan. Dengan keyakinan yang bulat akan perasaannya, Tony tak ragu lagi untuk berkata.

“Angeline.. Kamu… Kamu mau gak jadi—“

***

“Selesai juga akhirnya,” kata John sambil menaruh kembali handphone-nya di atas meja.

“Apanya yang selesai, Sayang?” tanya seorang cewek yang duduk di samping John.

“Hehehehe.. Nggak kok, Farah… Bukan apa-apa,” John bangkit berdiri dan meregangkan otot-otot tubuhnya. “Hanya membantu seorang teman.”

John berjalan menuju dapur, dan mengambil dua botol minuman soda dari dalam kulkas. Sementara itu handphone John berbunyi nyaring. John kembali dari dapur dan meletakkan kedua minuman soda tersebut di atas meja.

“Siapa nih, Sayang?” tanya Farah sambil menyerahkan handphone­ milik John.

“Emm? Oh, email dari si Tony,” John meneguk minuman sodanya sekali, dan kemudian membuka email yang dikirim oleh Tony. Hanya ada tulisan singkat di sana. Namun, John tertawa setelah membacanya.

         Thanks, Kitty Holmes.. :)


THE END

Tidak ada komentar:

Posting Komentar